Pasca penetapan Andi Depu sebagai Arajang Balanipa ke-52, praktis segala sesuatu berada dipundaknya. urusan keluarga, kerajaan dan perjuangan menjadi matarantai yang terus memenuhi pikirannya. Namun akhirnya ia memutuskan tetap memprioritaskan perjuangan merebut kemerdekaan sebagaimana yang telah diperjuangkan oleh para pendahulunya. Sebagai raja, Andi Depu merasa tidak dalam kendali Belanda. Kendati pengangkatannya harus dilegitimasi oleh pihak Belanda, tapi darah juangnya tak pernah mengakui Belanda sebagai mitra dalam proses menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai raja.
Baginya Belanda adalah penjajah yang tidak harus menjadikannya takluk. Demikian juga setelah Jepang masuk dan menjadi penguasa di daerah ini, ia tetap menunjukkan sikap pembelaan tanah air dan terus menumbuhkan jiwa nasionalisme rakyatnya. Tentara Jepang masuk ke Mandar mulai bulan Pebruari 1942, dan sejak itu, keadaan dan situasi politik dalam masyarakat sangat berubah. Pemerintah Jepang mengeluarkan aturan-aturan yang melarang aktivitas organisasi yang bersifat politis. Andi Depu memulai perjuangannya dengan mengobarkan semangat persatuan untuk menentang penjajahan. Bahkan ia rela meninggalkan suami dan istana demi perjuangan dan cita-citanya. Ia bersama putranya , Andi Parengrengi mengungsi dan menempati rumah orang tuanya yang kemudian dijadikan markas pertahanan.
Pada awal tahun I944, Andi Depu mendirikan organisasai yang bernama Fujinkai (Gerakan Wanita Mandar). Wadah ini menjadi keuntungan keuntungan bagi pemuda-pemudi untuk melatih diri serta semangat juang untuk merebut kemerdekaan. Pada fase ini, Andi Depu makin dikenal dalam organisasi perjuangan dan perkumpulan di wilayah Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba’banna Binanga (Sulawesi Barat). Sampai saat Jepang menyerah pada tanggal I4 Agustus I945, maka rakyat dengan semangat nasionalismenya membentuk suatu organisasi kelaskaran di Balanipa pada tanggal 21 Agustus 1945. Laskar yang bernama KRIS Muda (Kebangkitan Rahasia Islam Muda) yang merupakan kelanjutan perjuangan dari organisasi Islam Muda. KRIS Muda dipimpin langsung oleh Andi Depu sebagai Panglima tertinggi.
Dengan Laskar KRIS Muda inilah Andi Depu berjuang untuk tetap mempertahankan kemerdekaan. KRIS Muda kemudian semakin berkembang dan meluas ke daerah di luar Mandar. Seperti Makassar, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Bone, Pinrang, dan sebagainya. Resikonya adalah, Andi Depu ditangkap oleh tentara NICA (Nederland Indies Civils Administration) pada bulan Desember I946, dalam operasi secara besar-besaran yang dilakukan oleh NICA. (Bersambung)