Dari pertemuan ini dicapai kata sepakat membentuk organisasi gabungan kelaskaran. Keesokan harinya mereka berangkat menuju Markas Lipan Bajeng. Berhubung karena rencana itu merupakan inisiatif dari Endang, maka pada pertemuan itu ia tampil sebagai pimpinan sidang. Selain dihadiri oleh tokoh-tokoh yang hadir pada pertemuan 15 Juli 1946 hadir pula pada pertemuan ini Ranggong Daeng Romo, Karaeng Ana’ Bajeng, Karaeng Loloa, Karaeng Djarung, Karaeng Cadi, Karaeng Palli, Karaeng Sidja, Karaeng Temba, Emmy Saelan, Maulawi Saelan, dan lain-lain.
Pertemuan ini merupakan pertemuan pembentukan wadah kesatuan organisasi kelaskaran yang dinamakan LAPRIS. Dari hasil pertemuan ini maka pada 17 Juli 1946 dilakukan upacara peresmian berdirinya yang ditandai dengan pengibaran bendera merah putih, diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dipimpin oleh M. Yusuf di Ranaya, upacara ini dilakukan pada jam 09.00 dan dihadiri sekitar 100 orang.
Tanggal 1 Oktober 1946 diselenggarakan rapat, meskipun susunan pengurusnya belum lengkap dan menetapkan beberapa keputusan-keputusan. Keputusan-keputusan ini belum terlaksana, kecuali keputusan No. 2 dalam bentuk latihan militer kepada sekitar 1000 orang pejuang pembela RI dari berbagai kelaskaran. Kemudian upaya peningkatan serangan militer terhadap NICA ternyata dihambat oleh pembunuhan massal yang dilakukan oleh Westerling. Aksi pembunuhan tersebut mempersempit ruang gerak para pejuang pembela kemerdekaan.
Kenyataan itulah yang menyebabkan pihak NICA harus melakukan penangkapan terhadap tokoh pejuang termasuk pejuang-pejuang dari Mandar seperti Andi Depu, Riri Amin Daud, Abd. Rahman Tamma. Dalam operasi penangkapan yang dilakukan oleh NICA terhadap para tokoh KRIS Muda, baik di Makassar maupun di daerah Mandar, tercatat 36 orang pimpinan dan anggota KRIS Muda Mandar berhasil ditangkap, termasuk Andi Depu yang ditangkap pada November 1946, serta Riri Amin Daud dan Abd. Rahman Tamma pada November 1946. Mereka ditangkap ketika sedang dalam penyamarannya untuk berkeliling melakukan kontak dengan para pejuang lainnya guna menyusun strategi perlawanan.