Oleh : Ilham Sopu
Dalam pandangan Dr Ali Syariati, salah seorang cendekiawan ternama asal Iran, yang juga arsitek pemikir revolusi Iran, bahwa agama itu dibagi dua, ada agama Ibrahimik dan agama non Ibrahimik, pembagian ini senada dengan pembagian yang umum dan kajian keagamaan yakni agama langit dan agama bumi.
Pembagian Ali Syariati ini berpijak pada Nabi Ibrahim as, yang merupakan pokok atau sumber kenabian, dari keturunan Ibrahimlah lahir Yahudi, Nasrani dan Islam. Dari Ibrahim dengan Sarah melahirkan Ishak, Ya’kub sampai kepada Isa.
Dari Ibrahim dengan hajar melahirkan Ismail sampai kepada Muhammad. Jadi ada dua jalur kenabian dari keturunan Ibrahim yaitu jalur Sarah dan jalur Hajar. Dari jalur sarahlah banyak muncul para Nabi, sedangkan dari jalur hajar hanya ada Ismail dan Muhammad, dan ajaran-ajaran yang dibawa oleh para nabi, muaranya bertemu di Nabi Ibrahim as.
Ajaran-ajaran yang diwariskan oleh Ibrahim lewat kedua jalur ini adalah sama, yaitu bagaimana mengimplementasika kalimat tauhid dalam kehidupan pribadi dan sosial, inilah inti dari ajaran dari seluruh Nabi utusan Tuhan, atau titik temu semua ajaran para Nabi, dalam istilah Al Qur’an disebut “kalimatun sawa’ “.
Ibrahim dalam sejarah kenabian dikenal sebagai Bapak para Nabi dan sumber ajaran ketuhanan untuk nabi nabi sesudah Ibrahim. Sejarah perjuangan Ibrahim dalam memperjuangkan nilai nilai ketauhidan sangat berat tantangannya. Sejak kecil Ibrahim sudah bergumul dengan berhala berhala dalam lingkungan keluarga dan masyarakatnya.
Ibrahim kecil sudah sangat rasional dalam melihat situasi sosial yang dipenuhi patung patung sesembahan yang disembah oleh para birokrasi, masyarakat dan keluarganya. Bahkan orang tua Ibrahim yang bernama azar adalah pembuat patung untuk dijadikan sesembahan.
Keberanian Ibrahim dalam melawan paham paham politeisme secara akal sehat adalah sesuatu yang mustahil, namun Ibrahim adalah manusia yang sudah dipersiapkan oleh Tuhan untuk memberikan suntikan suntikan kebenaran kepada para penguasa yang sudah sangat melewati batas.
Banyak hal yang bisa menjadi pelajaran dari Ibrahim disamping sangat kuat menentang praktek praktek monoteisme yang masif pada waktu itu, juga dalam proses pencarian menemukan Tuhan. Pencarian Ibrahim dalam menapaki jalan ketuhanan sangatlah rasional dan penuh keyakinan atau imani.
Berbagai eksperimen dilakukan oleh Ibrahim, eksperimen yang bersifat kealaman dengan mengamati benda benda di alam raya, mulai dari hal hal kecil sampai terbesar pengaruhnya kepada manusia. Ketika Ibrahim melihat bintang, dia terpesona dengan keindahan bintang lalu mencoba untuk menyimpulkan inilah Tuhan, tapi ketika muncul bulan sang bintang mulai hilang pengaruhnya lalu Ibrahim berubah fikiran bahwa inilah Tuhan, tapi ketika muncul matahari sang bulan menghilang, lalu Ibrahim berkesimpulan bahwa ini adalah Tuhan.
Tetapi ketika matahari mulai tenggelam Ibrahim kembali ragu, bahwa matahari itu bukan Tuhan. Di situlah Ibrahim berkeyakinan bahwa ada kekuatan yang besar di balik alam raya ini.
Itulah proses kerasionalan Ibrahim ketika mencoba menapaki perjalanan mencari Tuhan, pendekatan ini tidak akan mampu mencapai perjalanan menuju Tuhan, mesti ditopang dengan pendekatan imani. Didalam teks Al Qur’an diceritakan “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, Ya Tuhanku, perlihatkan kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.