Oleh : Karmila Bakri (Ketua Yayasan Anak Lontara Nusantara)
Motor melaju dengan kencang, prediksi tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, tiba-tiba di jalan ban motor pecah, joki keren Uswatun tak bisa apa-apa, toh kita sudah berjuang dik, langsung jemari cekatan pesan grab, nyambungnya ke gojek, yah terlambat 15 menit, pesawat sudah take off. Keberangkatan ini untuk kegiatan rakernas ramadhan Dompet Dhuafa di daerah Bogor.
Jadwal penerbangan 08.10- 09.35 tinggal kenangan. Sebab apa pun alasannya, pesawat tidak akan menerima, tetap saja take off, dan jika pesawat yang delay selalu ada alasan teknis dan penumpang tetap lapang dada menerima. Masih ada puluhan penumpang yang siap diantar dengan tujuan tertentu, ketimbang ngurusin satu sampai dua penumpang yang terlambat.
Upaya pun terus dilakukan menghampiri costumer di pelayanan Bandara Sultan Hasanuddin, “Ya Bu, mending beli tiket lagi, karena bayar selisih juga lumayan 90 %”, ungkap pelayan costumer service.
Koordinasi ke panitia rakernas pun ditempuh, alhamdulillah dipesankan tiket lagi, sesaat alasan keterlambatan, terang aku beberkan lewat dokumentasi video dan foto.
Kuasa Tuhan, cleaning service perempuan manis, datang tiba-tiba menghampiri dan memberi sarapan, lengkap dengan kopi, tapi sebelumnya meminta maaf karena gelasnya tidak ada, dan hanya digunakan potongan botol aqua yang sempat dibeli.
Serasa suara hati ini didengar, maklum ngopi adalah ritual wajib ku di pagi hari. Rasa lebih nikmat dari restoran karena dibubuhi rasa ikhlas. ” Tidak apa-apa ya kak, pakai potongan botol aqua Kakak, sebagai pengganti gelas “, ungkap perempuan itu.
Santap menu sarapan dan racikan kopi memuaskan lapar dan dahaga, stimulus energi positif kian memantik ku. Perempuan itu pamit dan menyisakan senyuman manis. Sembari kusalami dan mengucapkan ” Terimah kasih dik, telah membantuku, ‘.
Boarding pun kulakukan lebih awal, tiket yang kupegang schedule 13.25-14.45 . Beranjak ke lantai dua, maklum badan mulai gerah, sebab belum sempat mandi, segera aku menuju shower room (ruang mandi).
Segarlah raga, segera langkah kutuju ke gate 4, tempat dimana aku nyantai, sembari menunggu jadwal penerbangan, tiba-tiba seorang cleaning service menawarkan ku masker gratis, kuelus dada, sungguh aku sangat bersyukur selalu ada malaikat-malaikat tanpa sayap memberikan pertolongan.
Masker, yah hampir rata-rata penumpang lalu lalang memakainya, antri di gate-gate sembari mengenakan masker, yah wacana virus Corona, menyebabkan para penumpang harus lebih berhati-hati.
,”Terimah kasih ya bu’, maskernya berapa duit?, ” ungkap ku.
“Tidak dibayar bu, ambil maki saja, pake maki, selamat ya bu sampai tujuan, ” ungkap perempuan cleaning service di lantai dua.
Ya Tuhan, kebaikan-kabaikan di alam ini masih senantiasa hadir. Aku meyakini, bahwa jika kita sering menolong, maka dalam keadaan susah kita akan dipermudah, lewat pintu manapun.
Sembari melirik pesan dari kawanku Alwi di group WA,
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada Ku”.
Doa ku haturkan kepada tiga malaikat tanpa sayap, adik Uswatun Hasanah, dan dua perempuan, cleaning service di bandara Sultan Hasanuddin, semoga luang waktu, Tuhan mempertemukan kita, diberi kesehatan, dan berkah disetiap aktivitas.
Di Indonesia ini masih bertebaran orang-orang baik, dan pesan kutitip di pintu gate 4 sesaat pesawat take off. “Jangan pernah lelah berbuat baik”.