Harapan Warga Pesisir di Tengah Gelombang Tinggi

Reporter : Busriadi Bustamin

MALUNDA,mandarnesia.com-Yusran (35) merasa was-was jika musim timur kembali tiba. Lebih-lebih bila disertai angin kencang, hujan, dan air laut lagi pasang.

Sebab, rumah Yusran yang hanya berjarak 15 meter dari bibir pantai, akan menggenangi kolom rumahnya akibat dampak gelombang air laut itu.

“Apalagi kalau yang rumah batu, air laut pasti masuk di dalam rumah. Tapi kemarin (Sabtu sore) parah sekali. Karena lebat sekali hujan, angin kencang, ombak tinggi, air laut juga lagi pasang,” tutur Yusran, ketika ditemui di sela-sela mengamati gelombang tinggi di depan rumahnya, Ahad (11/1/2020) petang.

Di tengah-tengah wawancara sekitar 10 meter dari bibir pantai, beberapa kali hempasan gelombang air laut pun mengenai mata kaki kami.

Seperti itulah, kata Yusran, warga Dusun Toppo, Desa Lombong, Malunda, Majene jika memasuki akhir tahun. Ombak pasti mengamuk.

“Masuk bulan Januari dan Februari. Beginilah kondisinya pak,” ujarnya.

Ia mengatakan, tiap tahun bibir pantai tergerus abrasi sepanjang 10 meter. Sehingga diperkirakan tahun depan, bibir pantai akan lebih dekat ke pemukiman warga.

“Bahkan dulu ada pekuburan orang di sana. Tapi sekarang sudah jadi laut semua,” kata Yusran sambil menunjuk ke arah Selatan. Kira-kira 20 meter dari tepi laut, letak pekuburan tersebut.

Serupa dikatakan Rahmat (36). Tanggul kayu ulin dijadikan sebagai penahan ombak yang dibangun beberapa tahun lalu, kini sudah roboh, akibat terjangan ombak terus menggerus.

“Tidak cocok memang kalau tanggul kayak begini (kayu ulin), cepat rusak. Tidak tahan. Karena memang ombaknya tinggi sekali di sini. Bagusnya tanggul batu gajah di sebelah sana, atau tanggul beton. Sama itu di Malunda, Sasende atau Tapalang,” kata Rahmat.

Warga meminta, kepada pemerintah, mulai pemerintah kecamatan, kabupaten, dan pemerintah provinsi segera memperhatikan keluhan itu. Pasalnya, jika pemerintah tak menghiraukan, puluhan rumah warga terancam direlokasi.

Foto: Kondisi pesisir pantai Dusun Toppo Desa Lombong, Malunda, Majene, jika terjadi gelombang tinggi/ Busriadi Bustamin