Dinding Sekolah yang Rapuh di Pulau Ambo

Dinding Sekolah yang Rapuh di Pulau Ambo -
Pulau Bala Balakang Foto: Ist/Mandarnesia.com

Pukul 07.00 WITA pagi, usai mandi dengan air asin. Pandangan tertuju pada keriuhan barisan anak nelayan yang tak berkostum seragam, menuju ke sekolah SDI, SMP Satu Atap Pulau Ambo, Kecamatan Bala Balakang.

Sempat membuat bingung ke mana arah tujuan anak-anak itu. Di sekeliling pulau, tak ada bangunan mencolok seperti bangunan sekolah pada umumnya. Hanya ada jejeran rumah penduduk khas Daerah Sulbar. Suara riuhlah yang mengarahkan sampai ke gedung sekolah. Saat tiba, senyum persahabatan mulai mereka lemparkan.

Ada tiga bangunan yang berjejer memanjang. Dua bangunan untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) dengan bangunan permanen, satu bangunan Tingkat Sekolah Pertama (SMP) berbahan kayu.

Perhatian tertuju pada bangunan SMP yang lebih dekat ke bibir pantai, dengan masuk melalui dua anak tangga. Kelas pertama yang saya masuki adalah kelas VIII beralaskan papan kayu lapuk dan rapuh.

Di Kelas IX rupanya Kepala Sekolah telah mengamati interaksi saya dengan beberapa siswanya, melalui lubang-lubang besar dinding pembatas kelas lain.

Seolah mengawal, diperlihatkan sebuah lubang besar yang tembus ke tanah, sebagai gambaran bahwa bangunan itu benar-benar telah lapuk. Berjalan saja mesti harus berhati-hati. Bahkan balok kayu penyangga papan sudah tidak kuat untuk menopang berat yang seharusnya.

“Kami di sini dua guru honor, dua kontrak, satu tenaga administrasi, dan dua PNS. Jumlah empat puluh delapan siswa. Terkait masalah bangunan, ini dibangun 2016-2017, cuman karena kualitas kayu yang buruk makanya cepat rusak,” ujar Abdul Muin selaku Kepala Sekolah Satu Atap Pulau Ambo, yang sudah enam tahun mengabdi.

Pihaknya berharap, pemerintah melalui dinas terkait agar bangunan tersebut segera dilakukan rehab.

Buruknya kualitas pendidikan, ini hanya potret kecil dari sekian banyak masalah yang ada di Kepulauan Ambo.
#SudirmanSyarif#BusriadiBustamin