Dinas Perpustakaan ”Turun Gunung” ke Sekolah di Atas Gunung

Laporan: Moch. Ferdi Al Qadri

MANDARNESIA.COM, Mamuju — Manakarra Book Club (MBC) dua kali mengadakan rapat menjelang kemah di Rumbia Apo pada Sabtu-Ahad (10-11/5/2025). Rapat pertama dan kedua beralamat di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Mamuju (Dispusip), tepatnya Kantor Kepala Dinas. Debat panas di ruang dingin.

Dalam rencana awal, kami hendak mengadakanTeam Game Tournament (TGT). Siswa-siswi sudah terbagi dalam lima kelompok, sepuluh nomor soal sudah disusun. Tinggal membuat ringkasan materi yang mesti peserta baca, pelajari, lalu hafalkan.

Pada rapat terakhir, Jumat (9/5/2025), ide mengadakan TGT mendapat sanggahan dari Kepala Dispusip Muhammad Fauzan Basir. Menurutnya, kegiatan yang mengutamakan hafalan sebaiknya diganti dengan yang dapat menggali kemampuan siswa-siswi.

Selanjutnya, kak Febi dari Relawan Pustaka Dispusip memberi tawaran: “bagaimana kalau membuat proyek literasi sederhana?” Mentor setiap kelompok bertugas sebagai fasilitator, membantu menelurkan ide-ide dari kepala mereka.

Setelah berbincang cukup panjang, kami memutuskan untuk merevisi konsep acara “Merayakan Buku di Rumbia Apo” berdasarkan masukan dari kak Uut (panggilan akrab Muhammad Fauzan Basir) dan kak Febi.

“Semoga saya bisa berangkat juga besok,” ujar kak Uut yang kakinya baru saja terkilir. Beberapa keperluan acara ditanggungnya secara pribadi.

Motoran Berdua

Kak Uut tak sendirian. Ia ditemani Sekretaris Dispusip Mahfud Amiruddin yang mengendarai Honda CB berwarna jingga. Keduanya tiba di SMP N 7 Kalukku bersama rombongan MBC sekira jam 9 pagi waktu setempat. Kondisi kaki yang belum sembuh total tak menghalanginya tancap gas motor Jupiter MX.

Acara berkemah dan berliterasi dibuka dengan sambutan Kepala Sekolah SMP N 7 Kalukku Icuk Sugiarto. Sebelumnya ia tak pernah menduga Kepala Dispusip akan “turun gunung” ke sekolahnya.

“Jalanan ke sini perlu mendapat perhatian pemerintah,” ujar Icuk Sugiarto yang memimpin sekolah itu sejak 2017. Ia berharap dengan adanya bantuan pemerintah dalam pengerasan jalan dapat memudahkan akses anak-anak didiknya menuju sekolah.

Meski tidak memiliki banyak murid dan berada jauh di gunung, beberapa prestasi tingkat kabupaten pernah diraih sekolahnya. Dua di antaranya ialah juara kedua lomba paduan suara dan juara ketiga lomba bola voli putri.

Dalam sambutannya, kak Uut mengatakan Dispusip akan turut memberikan bantuan ke SMP N 7 Kalukku. Hanya saja, bukan dalam infrakstruktur jalan. “Kami akan bergerak menggiatkan literasi di sini,” ucapnya.

Ia pun mengundang siswa-siswi yang hadir untuk berkunjung ke Perpustakaan Kab. Mamuju. “Saya ada mobil Avanza di rumah. Nanti kita atur waktu untuk menjemput kalian (murid-murid SMP N 7 Kalukku),” ungkapnya. Ajakan itu disambut meriah oleh para murid.

Buku, Baju, Ubi Kayu

Selain menyokong secara pribadi, kak Uut pun membekali MBC dan Relawan Pustaka dengan tujuh buku dan tiga baju kaos sebagai hadiah untuk peserta. Buku-buku dipilah lebih dulu dengan menimbang kebutuhan dan kemampuan murid SMP.

Sebagai pengisi materi pertama, saya menanyakan tiga hal: 1) siapa mengkhatamkan satu buku dua bulan terakhir, 2) siapa pernah membeli buku, dan 3) siapa sudah membaca sampai selesai buku yang telah dibelinya.

Ada dua murid yang rupanya mengangkat tangan sampai pertanyaan terakhir. Mereka adalah Adrista (kelas IX) dan Rispa (kelas VIII). Ketika diminta memilih sendiri buku yang akan mereka bawa pulang, Adrista mengambil novel Side by Side karangan Sofi Meloni. Sedang Rispa menjatuhkan pilihan pada novel garapan Lucy Sykes & Jo Piazza yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Judulnya The Knockoff.

Pada sesi berikutnya, dua buku lain diberikan pada kak Fatiah dan kak Risma. Mereka guru-guru SMP N 7 Kalukku. Kak Fatiah mendapat buku membuat kerajinan dari bahan sederhana. Pas untuknya yang guru Prakarya.

Buku berisi beragam informasi dan cara mengolah tempe diberikan pada kak Risma. Juga pas untuknya yang menangani bagian dapur selama acara. Di dapur itulah ia mengubah tempe jadi lauk yang enak.

Kedua guru ini juga kaum buku. Di atas meja kak Risma, di ruang guru, kami menemukan buku Solitaire Mystery yang ditulis Jostein Gaarder. Juga ada buku-buku di meja kerja kak Fatiah.

Mereka giat mengajak dan mendukung siswa-siswinya membaca buku. Dalam beberapa kesempatan, bila sedang di kota Mamuju, mereka bersedia dititipi murid-muridnya belanja buku di Gramedia Matos.

Selain buku-buku, siswa-siswi SMP N 7 Kalukku pun mendapat baju kaos sebagai hadiah. Salah satu yang menerimanya adalah Raja, siswa kelas VIII yang rumahnya paling dekat (ingat, dekat di sini untuk ukuran desa, bukan kota) dari sekolah.

Selepas acara, pada Sabtu sore (10/5/2025), Raja izin pulang ke rumah. Ia ingin ikut berkemah di sekolah. Tapi, kata kedua gurunya, ia harus dapat izin dari orang tua. Maka, sekembalinya dari rumah, ia membawa dua hal: izin orang tua dan sekarung ubi kayu.

Esok paginya, Ahad (11/5/2025), ubi kayu yang dibawa Raja kami rebus lalu goreng. Enak sekali. Luarnya renyah, dalamnya lembut. Rasa itu menambahi indah kenangan kami berkemah di Rumbia Apo.