Oleh: Aco Musaddad HM (Alumnus DLA Sulbar)
Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat (Pemprov Sulbar) patut diapresiasi atas langkah progresifnya dalam menginisiasi program Digital Leadership Academy (DLA). Di tengah arus disrupsi teknologi dan tuntutan pelayanan publik yang semakin kompleks, DLA bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan sebuah investasi strategis untuk melahirkan pemimpin pemerintahan yang adaptif, responsif, dan berorientasi pada inovasi.
Program ini hadir sebagai respons cerdas terhadap perubahan ekosistem birokrasi, di mana digitalisasi bukan lagi pilihan tambahan, tetapi pondasi utama dalam tata kelola pemerintahan modern. DLA mempersiapkan aparatur sipil negara (ASN) agar tidak sekadar “melek teknologi”, tetapi juga mampu menjadi katalis transformasi dalam organisasi.
Mengapa DLA Menjadi Kebutuhan Mendesak?
Transformasi digital telah mengubah paradigma pelayanan publik. Masyarakat kini menuntut layanan yang cepat, transparan, ringkas, dan dapat diakses kapan saja. Untuk menjawab tantangan ini, seorang pemimpin digital perlu memiliki tiga kompetensi kunci:
-
Transformasi Pola Pikir (Mindset Transformation)
Meninggalkan praktik birokrasi konvensional dan berani menjajaki ruang inovasi. Teknologi diposisikan bukan sekadar alat bantu, tetapi enabler utama dalam menciptakan nilai dan efisiensi layanan. -
Agen Adopsi Teknologi
Pemimpin digital harus menjadi role model dalam pemanfaatan teknologi sekaligus membangun ekosistem kerja yang mendukung eksperimen, prototyping, dan adopsi solusi-solusi baru. -
Kemampuan Mengelola Perubahan (Change Management)
Transformasi tidak akan berjalan tanpa kesediaan organisasi untuk berubah. Karenanya, pemimpin harus mampu mengatasi resistensi, mentransformasi budaya kerja, dan memastikan skill set seluruh pegawai bergerak selaras dengan kebutuhan digital.
Pilar Strategi Inovatif Pemprov Sulbar
Keberhasilan DLA terletak pada kurikulum yang selaras dengan kebutuhan kepemimpinan modern. Setidaknya, ada tiga pilar penting yang harus terus dikuatkan:
-
Data-Driven Leadership
Pengambilan keputusan berbasis data, bukan sekadar persepsi atau intuisi, menjadi fondasi kepemimpinan yang efektif dan akuntabel. -
User-Centric Design
Inovasi harus berangkat dari kebutuhan masyarakat (pengguna layanan). Pendekatan design thinking memastikan solusi yang dirancang relevan, mudah digunakan, dan berdampak langsung. -
Kolaborasi Lintas Sektor
Inovasi terbaik lahir dari keterhubungan. Konektivitas dengan akademisi, pelaku industri teknologi, komunitas digital, dan jejaring regional/nasional mempercepat adopsi ide baru dan berbagi praktik baik.
Tantangan dan Rekomendasi
Meski menjanjikan, implementasi DLA tentu memiliki tantangan: bagaimana menjaga keberlanjutan program sekaligus memastikan bahwa lulusannya benar-benar diberikan ruang untuk berkarya.
Beberapa rekomendasi strategis bagi Pemprov Sulbar:
-
Pengukuran Dampak (Impact Measurement)
Tetapkan indikator kinerja utama (KPI) yang terhubung dengan peningkatan Indeks SPBE, kualitas layanan publik, maupun efisiensi kerja instansi. -
Mentoring Pasca-Pelatihan
Coaching oleh ahli atau pembimbing yang memiliki pengalaman langsung akan membantu lulusan dalam mengatasi hambatan implementasi di masing-masing OPD. -
Integrasi dengan Sistem Karier ASN
Partisipasi dan keberhasilan dalam program seperti DLA perlu dijadikan salah satu parameter pengembangan karier dan penilaian kompetensi jabatan. Dengan begitu, inovasi tidak hanya diapresiasi, tetapi juga dihargai secara struktural.
Digital Leadership Academy adalah langkah strategis Pemprov Sulbar dalam membangun kepemimpinan masa depan. Dengan dukungan kebijakan, komitmen lintas sektor, dan keberanian untuk terus berinovasi, Sulbar memiliki peluang besar menjadi salah satu daerah pelopor transformasi digital pemerintahan di Indonesia.
DLA bukan hanya tentang keterampilan, tetapi tentang membentuk kultur kepemimpinan baru: pemimpin yang tidak sekadar mampu mengikuti perubahan, tetapi justru menjadi pengarah arah perubahan.