Reporter : Busriadi Bustamin
MALUNDA,mandarnesia.com-Beberapa hari belakangan, polemik buku ‘Orang Mandar Raja Laut’ karya Darmansyah menjadi perbincangan hangat di media sosial, facebook.
Menanggapi hal itu, Penulis Buku “Orang Mandar Raja Laut’, juga Ketua DPRD Majene Darmansyah angkat bicara. Menurut Ketua Masayarakat Sejarawan Indonesia (MSI) ini, ada kesalahpahaman. Karena kata Darmansyah, konsep bajak laut, raja laut, orang laut, konsepnya bellavian.
“Jadi begini, kita akan bedah itu. Dalam waktu yang tidak lama,” kata Darmansyah usai kunjungan ke Sumur Tua Peninggalan Imam Lapeo di Desa Lombong Kecamatan Malunda, dalam rangkaian Hari Jadi Kabupaten Majene ke 474, Selasa (13/8/2019).
Kemudian, lanjut Darmansyah, di semua daerah mengklaim dirinya apakah dia orang laut, bajak laut, atau raja laut.
“Kalau saya tidak tepat orang Mandar disebut orang laut. Karena orang laut itu dalam pandangan saya adalah masyarakat yang hidupnya terasing tidak mengenal peradaban di lautan, bertempat tinggal di lautan,” ujarnya.
“Kan kalau kita orang Mandar, kita hanya melalut. Rumah kita di darat. Ke laut untuk mencari kehidupan. Sementara orang laut, tidak ada rumahnya di darat di lautanji tinggal. Seperti di suku-suku Kalimantan Utara itu toh. Kalau bajak laut bisa saja dia menjadi raja luat. Seteleh dia misalnya mengusir bajak-bajak laut lainnya, dia yang mengusai di situ, ya jadilah dia raja laut. Orang Mandar itu raja laut, khususnya di daerah Buton. Nanti bukunya karena sementarami,” sambung Darmansyah.
Terkait apakah ada dugaan plagiat dalam buku ‘Orang Mandar Raja Laut’, Darmansyah membantah. “Salah itu, karena dia tidak baca,” kilah Darmansyah sambil menaiki mobilnya bergegas pulang.
Foto : Ketua DPRD Majene Darmansyah/Busriadi Bustamin