Dari Fitrah ke Qurban

Oleh : Ilham Sopu

Islam adalah agama yang mengedepankan dua aspek ajaran, yaitu ajaran yang sifatnya ritual dan ajaran yang sifatnya sosial. Seluruh ajaran yang sifatnya ibadah mahdah punya aspek sosial yang dikandungnya. Ajaran yang paling jelas dan merupakan tiang agama adalah ajaran salat. Salat itu adalah simbol dari ajaran Islam.

Dalam diktum agama, bahwa amal yang pertama sekali diperiksa pada hari akhir adalah salat, kalau salat bagus maka baguslah seluruh amal-amal yang lain, tapi kalau salatnya buruk, maka amal-amal yang lain akan buruk. Di dalam salat juga ada simbol takbir dan simbol taslim, takbir sebagai simbol kedekatan manusia dengan Tuhannya, dan simbol taslim sebagai simbol kedekatan manusia dengan sesamanya.

Itulah yang menjadi letak keistimewaan salat karena sangat jelas orientasi yang dikandungnya yaitu orientasi vertikal dan orientasi horizontal, dan kedua orientasi ini tidak bisa dipisahkan, memisahkan antar kedua orientasi ini akan membuat salat seseorang menjadi cacat.

Salat menjadi patokan dalam seluruh ajaran ajaran dalam Islam, seluruh ibadah harus punya dimensi ubudiyah dan dimensi sosial. Begitupun ibadah puasa dan ibadah haji itu sangat sarat dengan dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan. Puasa akan melahirkan manusia-manusia yang suci, yang biasa disimbolkan  dengan fitrah.

Itulah sebabnya diakhir ibadah puasa kita merayakan hari raya Idul Fitri, karena kita kembali kejati diri sebagai manusia yang hanif dan cenderung kepada kebenaran. Idul Fitri mengembalikan jati diri kita yang paling fitri.

Dalam ilmu tasawuf membersihkan diri berbagai dosa atau mengosongkan diri biasa disebut tahalli, dan mengisinya dengan berbagai kebaikan dinamakan dengan takhalli, dan mengejawentahkan kebaikan-kebaikan tersebut dinamakan dengan tajalli.

Jadi Islam itu agama yang sangat condong ke dalam bentuk amaliyah, agama yang berorientasi amal. Dalam surah Almaun orang yang mendustakan agama adalah orang yang tidak punya perhatian terhadap anak yatim, tidak punya respek terhadap orang miskin.

Keberadaan Idul Fitri dan Idul Adha, adalah sangat penting sebagai simbol kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Idul Fitri didahului dengan puasa ramadan sebagai simbol pensucian diri. Orang yang suci itu akan mudah merasakan kedekatan dengan Tuhan, karena ruhaninya sangat bersih. Begitupun dengan Idul Adha yang terkait dengan ibadah haji dan ibadah qurban.

Secara kebahasaan Qurban itu dari asal kata qaruba yang berarti dekat. Orang yang berqurban di hari Idul Adha adalah orang orang yang dekat kepada Tuhan, betapa nabi Ibrahim rela mengorbankan anaknya, yang masih remaja dan lama dinantikan kelahirannya karena taat kepada perintah Tuhannya, mendahulukan perintah Tuhan dibanding dengan kepentingan pribadinya sebagai salah satu kedekatan Ibrahim dengan Tuhannya.

Mematuhi perintah perintah Tuhan akan merasakan kenikmatan dekat dengan Tuhan, kita akan membunuh apapun yang mencoba menghalangi perjalanan menuju Tuhan.

Demikian yang dipraktekkan nabi Ibrahim as, bahwa perintah Tuhan diatas segala galanya. Menjalankan perintah Tuhan itu akan semakin mendekatkan diri kita kepada Tuhan.