Laporan: Agung Mansur Hidayat
“Bangsa yang hebat adalah bangsa yang menghargai para jasa pahlawan.”
Itulah kalimat untuk menggambarkan para veteran pejuang kemerdekaan Republik Indonesia, pada pelaksanaan upacara Agustus RI ke 72 di Lapangan Pancasila Polewali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Kamis (17/9/2017).
Nampak hadir para veteran pejuang kemerdekaan RI yang merupakan sarana hidup sekaligus pelaku sejarah di Polman.
Dalam upacara kemerdekaan menghadirkan para veteran menjadi suatu hal yang wajib dilaksanakan. Karena veteran inilah yang membantu kemerdekaan RI.
Dan pada upacara kali ini salah satu veteran bernama Kanasi (89) menceritakan, proses kemerdekaan Indonesia adalah proses yang sangat penuh dengan penderitaan dan pengorbanan serta perjuangan yang menyengsarakan rakyat pada saat itu.
“Waktu saya masih kelas tiga di Desa Tutallu Petoosang, saya sudah dilatih berperang menggunakan tongkat kayu sebagai senjatanya oleh Nippo (pejuang kemerdekaan yang diserang oleh penjajah, red) di Mandar,” ungkap Kanasi.
Sebagai seorang pejuang Kanasi telah dilatih pada masa kanak-kanak untuk berperang dan waktu itu juga Kanasi berhenti untuk sekolah.
Dalam masa penjajahan Kanasi yang lahir pada tahun 1928 yang kini tinggal di Wonomulyo mengungkapkan, betapa beratnya dan sengsaranya pada masa itu. Di mana, Belanda yang berjumlah ratusan orang membakar kampung dan memaksa untuk meninggalkan Desa Tutallu.
[perfectpullquote align=”full” cite=”” link=”” color=”” class=”” size=””]“Saya bersama dengan masyarakat lainnya terpaksa meninggalkan kampung. Karena penyapu (Belanda) membakar kampung kami dan memilih bersembunyi di roppong (hutan),” tuturnya.[/perfectpullquote]
Pada masa itu, Kanasi dan masyarakat lainnya memilih untuk bersembunyi di hutan belantara agar tidak ditangkap oleh penjajah Belanda.
“Karena jika kami tertangkap maka kami akan dibunuh oleh penjajah. Selama bertahun-tahun Belanda menjajah tanah Mandar dan telah membunuh banyak masyarakat dengan menggunakan senjata api,” jelas Kanasi.