MAMUJU, mandarnesia.com — Tim Survei Pemindahan Ibu Kota Negara kunjungi Sulawesi Barat setelah Lebaran 1440 Hijriah. Kedatangan Tim Nasional untuk mensurvei kecocokan Kota Mamuju jadi ibu kota negara.
“Nanti ada tim Nasional yang berkunjung ke Sulawesi Barat. Saya sendiri sudah bicara dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional RI atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) tim nasional akan turun ke Sulbar setelah Lebaran. Teman-teman monitor kapan mereka datang dan itu perlu disambut juga,” kata Sekretaris Provinsi Sulawesi Barat (Sekprov) Muhammad Idris menanggapi pertanyaan wartawan atas kunjungan Jokowi yang telah mendatangi Kalimantan Tengah (Kalteng), salah satu kandidat ibu kota negara, usai buka bersama di kediamannya, Kamis (23/5/2019).
Lebih dalam Idris menjelaskan keunggulan yang dimiliki Mamuju, jika jadi ibu kota negara.
“Pemindahan ibu kota ini sementara jalan. Kalau hitungan sekali lagi kalau dari 11 indikator Sulbar sebetulnya tertinggi akhirnya. Karena Sulbar tidak masuk nominasi kunci di awal nanti terakhir baru muncul. Kenapa Muncul itu karena disebut pak Jusuf Kalla. Tapi kita bisa mendapatkan manfaat dari awalnya kita anggap biasa tapi kita harus seriusin. Siapa tahu memang menjadi pilihan terbaik,” jelas Idris.
Menrurut Idris, ring of fire tidak cukup untuk alasan utama, itu alasan dikesekian kalinya. Alasan paling utama bisa menjadi betul-betul Indonesiasentris, dia bisa mewakili spirit of Indonesian. “Jadi kalau Indonesiasentris tidak bicara kesukuan tapi dimana titik tengah. Sehingga kita kuat dari situ, kalau alasan itu akhirnya karakter itu tidak dimunculkan Indonesiasentris. Yang dimunculkan yang itu tadi rawan dari bencana padahal Pulau Jawa dan Sumatra juga kena. Saya kira ndak cukup alasan gara-gara itu, kita (Mamuju) menjadi tidak dominan,” ungkapnya.
Sementara untuk ketersediaan infrastruktur, Idris menyebut beberapa negara yang telah melakukan pemindahan ibu kota negara, sebelum pindah juga belum terbangun infrastrukturnya.
“Itu tidak bisa kita jadikan alasan. Seperti contoh 11 negara. Tidak ada 11 negara itu memindahkan ibu kotanya ke daerah yang sudah lengkap infrastrukturnya. Coba kita lihat Putrajaya di Malaysia, Rio De Jenerio di Brazil, di Vietnam, Sidney itu semua daerah-daerah kosong yang resiko sosialnya kecil. Sulbar masuk di situ. Dilihat dari jumlah penduduk yang akan dipindahkan, dari empat daerah, Sulbar yang paling rendah dan itu unggulan,” sebutnya.
Yang kedua Maritim, sambung Idris Sulbar punya laut dalam. Ketiga posisi Mamuju di tengah, ke empat tidak berbatasan dengan negara lain untuk aspek keamanan. Sulawesi Barat sudah paling di atas dari empat kandidat, yang paling kuat lagi dukungan material Sumber Daya Alam (SDA) untuk pembangunan ibu kota.
“Nanti berikut ini lahan. Kalau kita luasannya yang datar itu memang kita kalah tapi kan ibu kota negara tidak selalu mencari dataran rendah, kalau dataran rendah ya di Sidrap, Sulawesi Selatan saja, yang tidak ada kala itu, semua rata,” tuturnya.
Melihat ke provinsi tetangga, Kalteng, Idris melihat Sulbar kohesi sosialnya paling bagus. “Kalau Suku Dayak suku yang paling merasa dimusuhi sejak Orde Baru. Kenapa? karena pembangunan transmigrasi selalu dibangunkan jalan lebar dan menggusur suku-suku Dayak ke dalam pegunungan. Sehingga sulit, selalu ada konflik sosial di Kalimantan. Tapi kita tidak mau menceritakan kelemahan daerah lain, tapi keunggulan kita itu di atas dari semua kriteria yang dimiliki tiga daerah yang lain.”
Rencanaya, Idris yang berangkat ke Jakarta bersama gubernur usai safari Ramadan di Mamuju Tengah, akan mengagendakan pertemuan dengan wakil DPR RI dan DPD Daerah Pemilihan (Dapil) Sulbar di Jakarta untuk mendapat dukungan politik.
“Saya akan ke Jakarta besok dan rencana melakukan konsolidasi peluang-peluang yang ada bersama tujuh wakil Sulbar di Jakarta,” tutup Idris.
Reporter: Sudirman Syarif