MANDARNESIA.COM, Makassar — Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) didefinisikan sebagai usaha untuk meningkatkan bentuk atau fungsi penggunaan bahasa yang terancam oleh kehilangan bahasa atau kematian bahasa. Frasa ini mengemuka dalam Bimtek Guru Utama RBD dari tanggal 3-6 Maret 2024 di Aryaduta, Makassar.
Bahasa daerah di berbagai wilayah memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Upaya pelestarian bahasa daerah dapat dilakukan jika seluruh stakeholder mengambil peran terutama bagi pemerintah daerah.
“Bahasa daerah kita sedang tidak aman. Namun kita perlu berbangga Sulsel merupakan salah pelopor revitalisasi bahasa daerah di Indonesia. Sulsel patut diacungi jempol dalam upaya pelestarian yang didukung oleh para guru dan semua pihak,” urai Dr. Ganjar Harimansyah Kepala Balai Bahasa Sulsel disela acara Bimtek RBD ini.
Bimbingan Teknis yang menghadirkan guru utama dari 24 Kabupaten se-Sulsel dan empat kabupaten se-Sulbar diikuti ratusan guru master.
“Peserta pelatihan diharapkan dapat melakukan pengembangan ke sesama rekan guru dan siswa serta komunitas di daerah,” sebut Amriani, SS., M.A. Ketua Panitia Bimtek RBD Rabu (6/3/2024).
Amriani juga melaporkan bahwa daya serap peserta dalam menerima materi di berbagai kelas sangat tinggi. Bimtek ini dibagi dalam Kelas Bugis; Makassar; Mandar; Toraja; dan Komunitas. Hasil tes awal sebelumnya hanya 55,27 persen sementara tes akhir mencapai 80,2 persen.
“Semoga pengimbasannya dapat maksimal seperti tahun 2023 lalu, dan itu dapat kita lihat lagi pada festival yang akan digelar balai bahasa tahun ini,” tambah Amriani.
Saat penutupan Bimtek Rabu (6/3) pagi, Dr. Ganjar Harimansyah, Kepala Balai Bahasa Sulawesi Selatan kembali menekankan mengenai urgensi revitalisasi bahasa daerah.
“Bapak ibu, ada tugas berat. Jadi jangan ditunda segera berkumpul dengan guru utama dengan angkatan sebelumnya, lalu audiens dengan Diknas. Bahwa ada lini masa program kerja yang harus dikerjakan,” ujar Ganjar punggawa Balai Bahasa yang sering memakai iket khas Jawa Barat ini.
“Segera jadwalkan pengimbasan ke teman-teman sejawat di gugus atau di MGMP untuk arah praktik baik ini. Kita harus sama bergerak untuk memantau pengimbasan dan implementasinya,” imbuh ahli bahasa yang telah menulis 154 judul buku ini.
Dr. Ganjar berharap, menuju Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) pada bulan November 2024, di tingkat kabupaten dan kota, pesertanya kalau bisa jangan model penunjukan. Sebaiknya melalui seleksi yang terbuka.
Program revitalisasi bahasa daerah merupakan paket kebijakan yang dikemas dalam Merdeka Belajar Episode 17, yang diluncurkan tanggal 22 Februari 2022 yang lalu.
Salah satu narsum untuk Kelas Bahasa Mandar, Adi Arwan Alimin mengatakan, bimbingan teknis RBD tersebut diharapkan menjadi model yang dapat dikembangkan berbagai kabupaten di Sulsel dan Barat untuk tetap menjaga lestarinya bahasa daerah.
“Model programnya dapat bermacam-macam, yang secara khusus harus menyentuh generasi muda atau generasi milenial dan generasi Z. Ini bertujuan menjaga kelangsungan hidup bahasa dan sastra daerah. Serta menciptakan ruang kreativitas penutur bahasa daerah untuk mempertahankan bahasanya,” ujar Adi Arwan pegiat budaya Mandar, dan literasi dari Mamuju. (*)