Oleh. Dr. Aco Musaddad. HM.
Nilai kebangsawan orang Mandar diukur dan dipadankan dengan “anaq batu”. Tinggi rendahnya kadar kebangsawanan, kadarnya diungkapkan dengan menyebut ‘sekian anaq batu’. Anaq batu adalah istilah ukuran yang digunakan tukang emas untuk mengukur benda emas atau perak dalam menentukan berat dengan jumlah gramnya. Istilah anaq batu dalam hal ini adalah simbol dalam masyarakat tradisional Mandar dipakai mengukur nilai atau kadar kebangsawanan seseorang.
Seseorang yang mempunyai kadar darah dianggap sebagai yang berharga seperti seseorang yang menghargai emas. Untuk Puang Ressuq atau Puang Sangnging atau Puang Murni (Puang Ranum dinilai dengab 16 anaq batu atau 100 persen), Puang Tallu Parapaq (Puang 3/4 atau 75 persen) 12 anaq batu, kemudian Puang Sassigi (Puang 1/2 atau 50 persen) dinilai 8 anaq batu. Untuk Puang Seperapaq (puang 1/4 atau 25 persen) dinilai 4 anaq batu, sesangkan Puang Sallesor (puang yang kurang 1/4 atau 12,5 persen) 2 anaq batu dan yang terakhir disebut dengan istilah Puang Dipisupai Annaq Sarombong) puang yang digosok baru menghasilkan bau harum. Ini adalah hanya kalimat perumpamaan untuk puang tingkatan paling bawah, atau 5-6 persen) 1 anaq batu.
Untuk mengetahui kadar kebangsawanan di Mandar memiliki rumus tersendiri, ketentuan di Mandar, tommuane annaq towaine para mapaqbatti (laki-laki dan perempuan masing-masing menurunkan turunan dalam posisi yang sama)
Rumus : (Kadar bapak+ Kadar Ibu) : 2 = Kadar anak atau (A + I) : 2 = a
Keterangan : A=Kadar bapak (Ama). I = Kadar ibu (Indo). a = Kadar anak (anaq).
Contoh pertama, jika puang sangnging/ressuq menikah dengan sesama puang sangnging (16+16) : 2 = 16, maka kadar anaknya adalah puang sangnging atau 16 anaq batu. Kedua, jika puang sangnging/ressuq menikah dengan puang sassigi (16+8):2=12, maka menghasilkan puang tallu parapaq. Ketiga jika puang sangnging menikah dengan tau pia, (16+0):2=8, maka menghasilkan puang sassigi. Keempat, jika yang terjadi puang sangnging menikah dengan batua, kalau puang sanging laki-laki dan perempuannya adalah batua disebut dengan istilah tomappesawei batuanna, tetapi jika sebaliknya puang sangnging perempuan dan batua laki-kaki, disebut dengan istilah nasusuq taroqdana dan ini sangat jarang terjadi karena akan didepak dari istana, perhitungannya (16+0):2=8, menghasilkan puang sassigi. Kelima, jika paung sassigi kawin dengan tangan tau biasa/tau pia (8+0):2=4, menghasilkan puang seperapaq. Keenam, puang seperapaq menikah dengan tau biasa/tau pia (4+0):2=2, menghasilkan puang sallesso. Ketujuh, puang salleso menikah dengan tau biasa/tau pia (2+0):2=1, maka menghasilkan puang dipisuoai annaq serombong. Kedelapan, jika puang dipusipai annaq serombong menikah dengan tau biasa/tau pia, (1+0):2=1/2 anaq batu atau puang lupus yang kadar puangnya sudah habis.
Dalam perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Mandar dan pengaruh Islam, pengukuran kadar kebangsawanan sudah mulai hilang.
Sistem pengukuran kadar kebangsawanan ini kadang masih digunakan jika terjadi proses pelamaran antar sesama turunan bangsawan. Atau salah satu turunan bangsawan dilamar oleh masyarakat biasa.
Pengaruh Islam yang mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Allah, hanya kadar ketaqwaannya yang membedakan. Meskipun demikian hal tersebut tetap dijaga dalam menjaga khasanah kebudayaan Mandar.