Mandarnesia.com — Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat H. Arifuddin Toppo menyebut, rendahnya rata-rata lama sekolah di Sulbar disebabkan anggaran pendidikan yang masih minim.
“Nyatanya anggaran kita masih di bawah 6 persen, sementara pemerintah telah mewajibkan anggaran pendidikan 20 persen,” kata Arifuddin kepada mandarnesia.com setelah mengikuti Focus Group Discossiun di aula lantai III Kantor Gubernur Sulbar, Kamis (31/5/2018).
Melalui data yang disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar dalam diskusi tersebut, salah satu penyebab rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dikarenakan rendahnya rata-rata lama sekolah di Sulbar.
Kabupaten dengan rata-rata lama sekolah tertinggi berada di Kabupaten Majene dengan skala 8,14 disusul Pasangkayu skala 7,48, Mamuju skala 7,26 Mamuju Tengah skala 7,13 Mamasa skala 7,10 dan di posisi terendah Kabupaten Polman 7,09.
Arifuddin melihat perlunya mendorong kerjasama dengan Unicef untuk kembali melakukan pendataan.
“Jangan sampai salah data jika kita intervensi. Rata-rata harapan sekolah harus kita tingkatkan. Berdasarkan data kita memang rendah masyarakat kita yang berminat lama bersekolah dan tinggi yang tidak mau sekolah,” ungkap Arifuddin.
Ada beberapa faktor yang penyebab terjadinya putus sekolah. Menurut Arifuddin, termasuk faktor jarak, lingkungan dan ekonomi.
“Bicara masalah pendidikan, ketika kaitannya masalah akses ini tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat,” ucapnya.
Begitupun dengan mutu, sambung Arifuddin, mutu sangat universal, tahun ini akan berbeda dengan tahun berikutnya.
#Reporter: Sudirman Syarif