AI Bagi ASN dalam Menulis Tanpa mengenyampingkan Natural Intelligence

Laporan: Rusman Rusli | Staf Dinas Kelautan dan Perikanan [DKP] Provinsi Sulbar

TAMPIL sebagai pembicara Nasional pada Webinar KORPRI MENYAPA ASN, Adi Arwan Alimin yang akrab disapa DengAdi menyebarkan virus percaya diri kepada seluruh peserta virtual meeting pagi ini, Rabu, (14/5/2025).

Percaya diri mulai dari membuat dokumen resmi dengan bahasa formal hingga menyajikan informasi kepada publik melalui website dan media sosal. Di tengah gempuran kecerdasan buatan AI (Artificial Intelligence), ASN seringkali menggantungkan keingintahuan dan pengetahuannya pada mesin berbasis online yang satu ini.

Kenyataan ini diperkuat oleh data yang disajikan oleh sebuah lembaga survei Statista Consumer Insight yang menyatakan bahwa masyarakat kita menempati urutan keempat di dunia sebagai negara pengguna AI, dan Nigeria pada peringkat pertama.

Seperti biasa di setiap webinar, Prof. Zudan yang saat ini menjabat sebagai Ketua KORPRI NASIONAL menuturkan harapan positifnya agar semua ASN di era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, dituntut untuk memiliki kemampuan publik speaking dan writing sebagai bentuk profesionalisme, komunikatif dalam menyampaikan ide dan informasi baik secara lisan maupun tertulis.

“Ada dua kemampuan penting yang harus dimiliki ASN, yakni kemampuan publik speaking dan writing,” pungkas Prof Zudan dengan gaya “deadpan”-nya yang sering dirindukan oleh peserta di setiap webinar.

Literasi Menulis ASN di Era Digital

Beberapa slide yang sempat ditampilkan oleh bang Adi mempertajam argumen. Bahwa skeptis dalam setiap informasi yang diterima menjadi hal penting oleh setiap ASN dalam menyusun informasi dan berkomunukasi kepada publik akan hal yang berkaitan dengan OPD yang ia informasikan.

Untuk itu, ASN dituntut untuk tetap fokus pada substansi kebijakan, analisis dan penyesuaian konteks akan tulisan yang akan dipublikasikan. AI sebaiknya dipergunakan untuk mengecek tata bahasa, template hingga pada proses riset data.

Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa ASN harus tetap menulis meskipun masih perlu “pendampingan” oleh AI, diantaranya:

1. Konteks Kebijakan

Menulis bagi ASN tidak sekadar menyusun kalimat, tetapi juga menyampaikan substansi kebijakan yang tepat sasaran. Hanya ASN yang memahami latar belakang, tujuan, dan dampak kebijakan yang bisa menjelaskan konteksnya dengan benar. AI bisa membantu menyusun teks, tapi tidak mampu memahami atau menyesuaikan isi tulisan dengan nuansa kebijakan lokal, regulasi yang berlaku, atau sensitivitas publik.

2. Pertanggjawaban Hukum

Setiap tulisan yang dipublikasikan oleh ASN, baik dalam bentuk siaran pers, laporan, maupun unggahan resmi, berkonsekuensi hukum. Oleh karena itu, ASN harus tetap menulis dengan kesadaran penuh terhadap dampaknya. AI tidak dapat dimintai pertanggungjawaban; yang bertanggung jawab tetap manusia sebagai penulis. Ini menyangkut aspek etika, akurasi, dan legalitas.

3. Reputasi Instansi

Kualitas tulisan mencerminkan profesionalisme dan kredibilitas instansi. Tulisan yang tidak akurat, kaku, atau tidak sesuai konteks dapat menurunkan citra institusi di mata publik. Sebaliknya, tulisan yang jelas, humanis, dan informatif akan memperkuat kepercayaan masyarakat. ASN yang aktif menulis turut menjaga dan membangun identitas serta reputasi positif instansinya.

4. Literasi Digital

Menulis adalah bagian dari literasi digital yang wajib dimiliki ASN di era informasi. Mampu memanfaatkan teknologi (termasuk AI) secara bijak, memahami sumber yang valid, serta menyampaikan pesan dengan etis dan efektif adalah kompetensi penting.

Dengan terus menulis, ASN mengasah kemampuan beradaptasi di era digital, tidak hanya sebagai pengguna teknologi, tetapi juga sebagai produsen konten bermutu.

5. Analisis Kritis

Menulis membantu ASN mengembangkan kemampuan berpikir analitis dan reflektif. Dalam menyusun laporan, argumentasi kebijakan, atau opini publik, diperlukan ketajaman dalam melihat masalah, merumuskan solusi, dan menyampaikan narasi secara logis. AI hanya bisa memproses data, tapi tidak bisa menggantikan nalar kritis dan intuisi manusia yang dibentuk melalui pengalaman dan pemahaman mendalam.

Dan masih banyak lagi pembahasan yang sekiranya dapat menginspirasi kita dalam menyusun sebuah tulisan namun terbatasi oleh waktu. Akhirnya, kita sampai pada kesimpulan bahwa sebagai corong informasi dan edukasi bagi masyarakat, semua ASN harus memiliki kemampuan untuk menulis dengan memiliki dua kunci utama, yakni komitmen dan konsitensi dalam setiap tulisan yang ia susun.

Selain itu, kejujuran dalam menulis adalah kekuatan positif yang sudah barang tentu menjadi hal yang tidak bisa diterapkan oleh AI.

Tentu pelatihan serupa bisa menjadi salah satu agenda utama Pemerintah dalam mengembangkan skill dan kompetensi setiap ASN agar tetap menjadi aparat yang meltek (melek teknologi).

Mistery of Public Speaking and Service Excellence

DP KORPRI Nasional juga menghadirkan pemateri yang mumpuni dalam bidangnya, Andin Wijaya yang berlatar belakang sebagai pembawa berita di TV nasional. Andin ikut berbagi ilmu dengan ciri khas sebagai pembawa berita di yang kehadirannya semakin membuat peserta merasa “betah” untuk mengikuti materi hingga selesai.

Dalam paparannya, Andin menyoroti beberapa ruang lingkup public speaking diantaranya : Retorika, Pidato, MC, Presenter, Narasumber dan masih banyak lagi beberapa contoh yang seringkali kita jumpai dalam keseharian kita.

Ia menyebutkan bahwa ada tiga aspek penting dalam publik speaking yakni visual, vokal dan verbal. Di mana ketiga aspek ini memerlukan latihan secara konsisten agar setiap ASN bisa mahir dalam menyampaikan informasi secara lisan. Jika dipersentasikan maka ketiga aspek ini terdiri dari 38% kemampuan VOKAL, 7% kemampuan VERBAL dan 55% visual. Berikut penjabarannya:

1. Visual (55%)
Ini adalah komponen non-verbal yang tampak oleh mata, seperti:
* Ekspresi wajah
* Gerakan tubuh
* Kontak mata
* Gestur tangan
* Penampilan atau cara berpakaian

2. Vokal (38%)
Ini adalah cara kita menyampaikan kata-kata, termasuk:
* Intonasi
* Nada suara
* Kecepatan bicara
* Penekanan kata
* Volume

3. Verbal (7%)
Ini adalah isi atau kata-kata yang diucapkan , yaitu:
* Struktur kalimat
* Pilihan diksi
* Kejelasan ide

“Mudah diterima, dicermati dan tepat sasaran adalah kunci utama dalam menyampaikan informasi kepada publik untuk menghindari ketimpangan informasi yang sampai masyakat luas,” terang Andin sebelum menutup pemaparannya.

Menutup tulisan saya kali ini, ada kalimat menohok yang dilontarkan bang Adi yang sudah pasti membangunkan kita dari mimpi indah dalam menulis. Agar ASN tidak menggantungkan ide sepenuhnya kepada AI.

“ASN tidak dapat digantikan oleh AI, tetapi ia akan digantikan oleh ASN yang menguasai AI,” kunci Dengadi Arwan. (*)

Ruang Virtual, 14 Mei 2025.