Workshop Kalindaqdaq: Upaya Memintal Tuturan Peradaban

MANDARNESIA.COM, Polewali — Komunitas Kakanna, sebagai penerima Bantuan Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII, menggelar Workshop Kalindaqdaq, Ahad (10/11/2024) di Polewali Mandar. Acara berlangsung dengan penuh semangat.

Sekretaris Daerah Kabupaten Polewali Mandar, I Nengah Tri Sumadama, AP., M.Si., secara resmi membuka acara tersebut. I Nengah menekankan pentingnya melestarikan budaya lokal sebagai bagian pembangunan peradaban berkelanjutan.

Acara ini juga dihadiri Kepala Bidang Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar, Marendeng, S.Pd., serta perwakilan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII, Nurasia dan Muhammad Rais. Juga tampak Rektor IAI DDI Polewali Mandar, Prof. Anwar Sewang, dan akademisi STAIN Majene, Dr. Srimusdikawati.

Workshop ini menjadi wadah yang sangat penting bagi 130 peserta terdiri dari guru SD dan SMP se-Kabupaten Polewali Mandar, serta para pegiat seni yang turut berpartisipasi.

“Melalui workshop ini, diharapkan peserta dapat lebih mengenal dan memahami nilai-nilai budaya lokal, khususnya Kalindaqdaq, sebagai salah satu warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang,” ujar Muhammad Adil punggawa Kakanna.

Komunitas Kakanna bersama Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII berkomitmen untuk terus mendukung upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan daerah melalui berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat luas.

Adil menyebut, ini bertujuan untuk memperkenalkan Kalindaqdaq kepada generasi muda. Kalindaqdaq bentuk puisi tradisional Mandar, yang telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sejak 2017.

Peserta diberikan pemahaman mendalam mengenai sejarah, struktur, dan filosofi Kalindaqdaq. Serta bagaimana seni puisi ini dapat menjadi sarana untuk memperkuat identitas budaya dan karakter generasi muda.

Selain itu, workshop ini juga diharapkan dapat mendorong kreativitas peserta dalam mengembangkan dan memodernisasi Kalindaqdaq. “Agar tetap relevan dengan perkembangan zaman tanpa mengurangi nilai-nilai tradisional,” imbuh Adil.

Diharapkan peserta dapat membawa pengetahuan dan keterampilan baru yang dapat diterapkan di sekolah-sekolah mereka masing-masing. Serta mendorong siswa untuk lebih mencintai dan menghargai kebudayaan daerah.

Komunitas Kakanna berharap kegiatan ini menjadi langkah awal dalam upaya revitalisasi Kalindaqdaq dan budaya Mandar secara lebih luas, dan memperkuat peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian kebudayaan lokal.

“Komitmen Bidang Kebudayaan Polman akan menerbitkannya dalam buku dari hasil workshop kalindaqdaq ini,” ujar tenaga ahli kebudayaan yang juga dikenal sebagai sutradara. (rls/*)