Tidak Punya Biaya, Anak Kurang Gizi Batal Dirujuk

MALUNDA, Mandarnesia.com-Rido,
anak kelahiran 12 Januari 2017 itu, tak bisa berbuat banyak seperti teman seusianya. Ia hanya bisa duduk dan mengucapkan satu kata, ma’.

Padahal jika umur 2 tahun, anak bisa mencoret-coret pensil pada kertas, dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya, menyebut 3 sampai 6 kata yang mempunyai arti, seperti bola, piring, dan sebagainya. Kemudian memegang cangkir sendiri dan belajar makan-minum sendiri.

Ketika media ini mendatangi Rido. Anak kesepuluh dari sepuluh bersaudara kediamannya di Dusun Tammaindung Desa Mekkatta Kecamatan Malunda Kabupaten Majene, To’me, ibu Rido mengatakan, saat ini anaknya hanya bisa duduk dan belum bisa berjalan sendiri.

“Jadi kalau saya letakkan saja di situ, ya disitumi saja. Tidak bisa gerak. Terakhir juga ditimbang kalau tidak salah tujuh kilo. Itupun baru naik, biasanya hanya tiga kilo, lima kilo,” kata To’me, yang ditranslate dalam Bahasa Indonesia, Rabu (27/2/2019).

Rumah To’me di Dusun Tammaindung

To’me tidak bisa berbuat banyak untuk membawa anaknya berobat. Lantaran, kondisi ekonomi yang serba terbatas. Kadang-kadang kata dia, dalam sehari ia bersama dengan anak-anaknya tak makan. Rumahnya pun hanya berukuran kurang lebih 3 x 4 meter tanpa aliran listrik.

“Kalau tidak ada lagi dimakan, kita ke rumahnya saudara makan. Apalagi, bapaknya juga sering sakit dadanya, jadi pasti di rumah saja. Jadi apa mau dimakan pak. Di rumah, kalau kami tidur saling menumpuk. Sempit sekali,” tutur To’me, kelahiran Bela, Tampalang, Kabupaten Mamuju, 3 Juli 1965.

Memang pada Selasa (26/2/2019) kemarin, ia membawa Rido ke Puskesmas Malunda untuk memeriksa kondisi kesehatannya. Itu juga atas permintaan dari Bidan Desa.

Di Puskesmas Malunda diberikan susu Formula SGM Usia 1-3 Tahun satu buah, dan Makanan Tambahan untuk Balita. Namun ketika ingin dirujuk ke Mamuju, To’me menolak dan langsung minta keluar pada hari itu juga.

Alasannya, karena suaminya tak mengetahui jika ia ingin dirujuk. Ditambah lagi kata dia, uang saku selama menjalani perawatan di Rumah Sakit tidak ada sama sekali.

“Memang ada Kartu Indonesia Sehat, tapi anak saya tidak ada (Rido). Apalagi kasian, saya dan bapaknya buta huruf. Hanya bahasa di sini saja kami bisa gunakan, Bahasa Indonesia tidak bisa sama sekali,” jelas To’me, yang jarak dari rumahnya ke Kantor Desa Mekkatta kurang lebih 7 kilometer.

Secara administrasi, Kartu Keluarga (KK) miliknya masih menggunakan alamat Tampalang. Tuntutan ekonomilah sehingga hijrah ke Tammaindung.

“Jadi di sini hanya bertani sawah. Panen lima bulan sekali. Setelah itu beli lagi beras kalau ada uang. Kompor gas nanti dipakai kalau ada lagi pembeli tabung. Kalau tidak ada, pakai kayu lagi. Kalau ada dibilang orang miskin, ya kamilah ini yang paling miskin,” ujar To’me didamping suaminya, Amir.

Dengan nada gundah ayah Rido, Amir berharap, kiranya ada bantuan dari pemerintah maupun dari para dermawan, demi kesembuhan anaknya kelak.

“Supaya bisa kasian terpenuhi gizinya dan bisa kasian jalan seperti teman seusianya,” ucap Amir dengan nada sedih, kelahiran, Bela 10 Mei 1963.

Irajunita Bidan Desa Mekkatta mengungkapkan, Rido memang berbeda dari anak biasanya. Karena jika sudah usian 2 tahun, maka anak sudah bisa berdiri dan bisa berbicara.

“Sedangkan dia itu sianosis juga. Pokoknya kalau menangis badannya semuanya biru. Makanya saya suruh turun bawa anaknya diperiksa lebih lanjut di Puskesmas. Karena kami khawatir melihat kondisinya,” katanya.

Michelle Athina, dokter yang menangani Rido di Puskesmas Malunda menjelaskan, berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan Rido menderita penyakit jantung bawaan.

“Ciri-cirinya biru, mulutnya biru. Status gizinya juga jelek karena menderita jantung bawaan. Pasti anaknya kurus, kecil tidak sesuai dengan seusianya, gampang sesak, gampang batuk pilek. Bentuk dadanya beda. Kelihatan sekalilah kelainan genetik. Sehingga dari penyakit jantung bawaan mempengaruhi pada gizi kurang,” jelas Michelle.

Ketfot: Rido dipangku ibu tercinta (tengah) bersama saudara serta ayahnya. Foto: Busriadi Bustamin

Reporter: Busriadi Bustamin