Salah satu tanda menjadi warga negara yang menggunakan hak pilihnya ditandai dengan adanya tinta ungu yang melekat di ujung jari. Tinta ini digunakan agar tidak terjadi kasus pemilih ganda, sehngga tinta ini dibuat dengan teknik tertentu agar tidak mudah dihapus.
Situs Kemenparin menyebutkan bahwa mesti tinta ini melekat kuat pada kuku, tidak mudah terhapus oleh air sabun maupun cairan yang mengandung klorin. Agus Haryono, Deputi bidang Pengetahuan Teknik LIPI menyebutkan di situs CNN bahwa klorin yang biasa digunakan untuk membunuh bakteri dan menghilangkan noda. Klorin biasa digunakan misal untuk kaporit atau pemutih pakaian.
Dilansir lagi dari CNN Indonesia bahwa untuk membantu tinta tak mudah hilang, tinta Pemilu menggunakan senyawa Perak Nitrat (AgNO3). Daya lekat perak nitrat sangat kuat, sehingga tinta yang mewarnai kulit maupun kuku tidak mudah hilang.
“Tinta pemilu terbuat dari zat pewarna, dan zat tambahan lain termasuk zat perekat. Biasanya ditambahkan AgNO3 untuk menambah daya lekat tinta terhadap kulit/kuku,” jelas Agus lagi saat dihubungi CNN Indonesia, Selasa (16/4) siang.
Senyawa perak nitrat memiliki pengaruh pada kesehatan yang bisa menimbulkan iritasi kulit dan mata jika terpercik. Sehingga pihak WHO menyarankan penggunaan zat tersebut diatas dibatasi dalam skala 4 persen saja, karena juga dapat memengaruhi sistem syaraf.
“Menurut WHO ambang batas bahaya, jika konsentrasi Ag NO3 melebihi 4 persen. Biasanya konsentrasi cukup 2 persen saja, sudah cukup kuat daya lekatnya,” terang Agus, seperti dilansir di situs CNN Indonesia.
Salah seorang warga di Polewali menyebutkan bahwa karena kebiasaannya menggunakan tangan kanan, dia lupa menggunakan tangan kiri untuk diceplupkan ke tinta.
“Seharusnya saya mencelupkan jari tangan kiri biar tidak ada rasa was-was saat makan, tapi saya lupa saking semangatnya menggunakan hak pilih saya” ungkapnya kepada mandarnesia.com
Penggunaan tinta di pemilu merupakan bukan hal baru di dunia, teknik tanda dengan tinta ini sudah digunakan lebih dari 50 tahun.
Seperti dilaporkan di CNN Indonesia bahwa pemakaian tinta ini berawal dari pelaksanaan Pemilu di India. Saat Pemilu pertama India pada 1950 itu, komisi pemilihan India mengalami masalah besar yaitu pencurian identitas. Ketika itu, banyak pemilih yang menggunakan hak suaranya sebanyak dua kali.