Dalam kalimat ini menekankan agar generasi muda Indonesia tidak cukup dengan membanggakan kemapuan dan jasa orang lain, baik itu orang tuanya, kerabatnya yang penguasa maupun pahlawan terdahulu. Oleh karena itu, para pemuda wajib menjadikan dirinya sosok pahlawan bagi Negara dan agamanya di masanya sendiri.
Acara yang dihadiri oleh para akademisi, perwakilan sejumlah instansi intelektual, keagamaan dan kebudayaan, serta masyarakat secara umum ini memperoleh apresiasi positif dari sejumlah pihak. Hal ini tergambar dari sambutan-sambutan yang disampaikan oleh perwakilan Kementrian Dalam Negeri RI, Kementrian Agama Republik Indonesia, serta pemaparan keynote speaker oleh Perwakilan Asisten Teritorial (ASTER) Panglima TNI.
Pihak Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta yang diwakili oleh Drs. H. Taufik, M.M, M.Pd. Kepala Subag Hukum dan Kerukunan Umat menyampaikan bahwa kegiatan ini harus sering diadakan apalagi dengan tema kepemudaan kali ini. Adapun Kemenag RI yang diwakili oleh Dr. H. Nifasri, M.Pd (Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kemenag RI) dalam sambutannya menyatakan apresiasi yang tinggi atas Ponpes Khatamun Nabiyyin khususnya Khatam Intitute dalam upayanya ikut mengawal agenda kerukunan bersama antar umat beragama.
Sedangkan, oleh Drs. Syarmadani, M.Si, (Direktur Ketahanan Ekonomi Sosial dan Budaya Ditjen Polpom) mewakili Kementrian Dalam Negeri RI menekankan pentingnya pembangunan ekonomi mandiri dalam negeri yang dapat diselenggarakan oleh para pemuda, dimana salah satunya berangkat dari potensi besar pemberdayaan para santri di pondok-pondok pesantren. Hal ini merupakan salah satu wujud pengejawantahan spirit patriotisme pemuda itu sendiri yang dibutuhkan bangsa di era saat ini.
Kemudian, dalam pemaparan keynote speakernya, Kolonel Agustinus, SH,. M,Si mewakili Aster Panglima TNI berkata bahwa dari sekian banyak kegiatan dialog lintas agama yang diselenggarakan, mengapa masih saja belum mampu menghapus sejumlah isu perpecahan yang ada? Hal ini menjadi renungan agar semangat persatuan dalam ruang-ruang dialog lintas agama seperti ini tidak hanya berhenti di ruangan seminar itu saja, melainkan harus dijawantahkan dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat dan bernegara.
Sebagaimana ciri khas konsep Syiar Cinta dari tahun ke tahun, kegiatan ini diramu dengan muatan materi berupa penekanan pada pengenalan tokoh-tokoh yang inspiratif dalam agama masing-masing. Para Narasumber perwakilan agama yang memaparkan materi terkait tema SYIAR CINTA 6 ini, menunjukkan satu suara bahwa tiap agama mengajarkan kecintaan terhadap bangsa dan negaranya. Hal ini dapat dilihat dari keteladanan patriotik oleh tokoh-tokoh pemuda dalam sejarah tiap agama. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Bhikku Dhammasubho Mahatera, bahwa dalam Budha meneladani kehidupan sosok Sidharta Gautama yang memulai perjalanan penyempurnaannya di usia yang muda hingga menyebarkan ajaran cinta kasih yang prinsip-prinsipnya relevan untuk dijadikan landasan prinsip bermasyarakat dan bernegara.