Disampaikan oleh Direktur eksekutif Khatam (Khazanah Intelektual Muslim) Institute, Andi Arifah bahwa tujuan dari kegiatan lintas agama ini antara lain, sbb: Mempererat hubungan harmonis antar agama demi persatuan dalam NKRI; Mengomparasikan konsep kebangkitan pemuda yang patriotis oleh masing-masing agama; Memperkenalkan tokoh-tokoh pemuda teladan dari sejarah tiap agama yang mengajarkan nilai patriotism; dan Menemukan bentuk gerakan bersama dalam membangun manusia religius Indonesia yang berkualitas pancasila.
Sifat kepahlawanan pada pemuda dapat menjadi kekuatan besar, sebagaimana capaian yang diukir oleh sejumlah pahlawan muda di masa perjuangan kemerdekaan yang lampau. Sejumlah pahlawan yang meraih kesyahidan di usia muda di antaranya seperti, Martha Christina Tiahahu (17 tahun), Supriadi (22 tahun), RA Kartin (25 tahun), Abdul Halim Perdana Kusuma (25 tahun), Radin Intan II (24 tahun), dan masih banyak lagi baik mereka yang sempat terrekam dalam referensi sejarah maupun tidak.
Kontribusi mereka dalam kemerdekaan yang kita nikmati saat ini tidak membuat kita menanyakan apa latar belakang suku ataupun agama mereka, sebab hakikat kebaikan dan kebenaran adalah satu. Fase produktif dengan kelincahan, kecerdasan dan kekuatan merupakan faktor emas untuk menghasilkan dan mencapai tujuan suatu bangsa.
Sehingga, pada satu sisi potensi besar para pemuda pun bisa menjadi faktor yang menghancurkan suatu bangsa jika tidak digerakkan pada positif. Pada tahun 2030-2045, Indonesia diprediksi akan memasuki masa bonus demografi.
Bonus demografi adalah suatu masa dimana jumlah penduduk usia produktif mencapai angka yang cukup tinggi. Menyongsong masuknya Indonesia pada fase ini, seharusnya mendorong kita untuk menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan jiwa dan akal pemudanya, sehingga lebih berkualitas.
Adalah benar kata bijak, bahwa setiap bangsa membutuhkan pahlawan. Tantangan bangsa Indonesia sebagaimana yang disampaikan dalam pesan Ir. Soekarno adalah bukan lagi menghadapi bangsa penjajah semata, melainkan menghadapi sebangsa sendiri. Inilah yang terjadi pada Indonesia saat ini.
Ketika pemuda bangsa Indonesia mampu berpegang teguh pada Pancasila dalam prinsip kesatuan bernegara, maka Indonesia benar-benar mampu mengguncang dunia. Saat ini, perbedaan suku dan agama yang telah membentuk ciri khas Nusantara, masih selalu dijadikan bahan penyulut api konflik oleh pihak tertentu.
Dengan demikian, penghayatan kembali atas prinsip persatuan dalam Sumpah pemuda harus ditekankan tiap momentum khususnya tiap tahun 28 Oktober. Selain itu, spirit patriotisme harus hadir dalam diri tiap pemuda agar tidak saling menunggu dan berharap orang atas orang lain. Dalam hal ini, sesuai dengan pernyataan salah satu tokoh pemuda dalam sejarah Islam berkata “Pemuda bukanlah ia yang berkata ini bapakku! Melainkan yang berkata ini adalah AKU!”