MAMASA, Mandarnesia.com — Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulbar mencatat dampak ekonomi akibat gempa di Kabupaten Mamasa hanya berada pada angka 0,0 sekian persen. Angka ini tidak mencapai 0,1 persen terhadap kontribusi inflasi. Sementara pertumbuhan ekonomi akan menurunkan sebesar 0,0 sekian.
“Saya lupa angkanya. Tapi kemarin itu dampak gempa terhadap perekonomian berapa? Kemarin kita sudah menghitung bahwa secara keseluruhan Sulawesi Barat itu akan menyebabkan kenaikan pada harga-harga barang. Yang tercatat pada inflasi itu hanya sekitar 0,0 sekian tidak sampai 0,1 terhadap kontribusi terhadap inflasi karena gempa dan 0,0 untuk pertumbuhan ekonomi,” kata Kepala Perwakilan BI Sulbar Dadal Angkoro kepada mandarnesia.com di hotel d’ Maleo Mamuju, Kamis, (6/12/2018).
Jumlah tersebut, menurut Dadal, menjadi peringatan bagi pemerintah, termasuk lembaga yang ia pimpin bahwa Mamasa butuh perhatian.
“Menjadi catatan bagi kita, juga peringatan. Kita harus mengembangkan Mamasa karena dengan dampak yang kecil itu di satu sisi kita senang. Oh nggak ada dampaknya, tapi di lain sisi bahwa berarti diyakini, diduga tingkat kemiskinan di Mamasa pasti besar. Nah, itu kita harus melakukan sesuatu, jadi ada dua sisi positif dan negatif,” ungkapnya.
Dijelaskan Dadal, dampak gempa di Mamasa kecil bisa dimaklumi karena tidak banyak pusat perekonomian yang ada di sana. Komoditas-komoditas yang berasal dari sana belum terkoneksi ke Mamuju, ke Makassar sehingga dampaknya kecil sekali.
“Ibaratnya seperti ini, Mamasa kena dampak petaninya pindah tidak bermasalah karena tidak banyak produk Mamasa. Jadi dia mau pindah enggak apa-apa? Itu kalau tidak punya empati tidak ada dampak buat Sulbar. Tapi menjadi catatan atau kalau boleh bilang tamparan juga buat kita. Tamparannya apa? Berarti kita seakan-akan mengabaikan Kabupaten Mamasa. Peringatan buat kita semua termasuk Bank Indonesia harus memikirkan Mamasa,” tutupnya.
Reporter: Sudirman Syarif
Foto: FB Brial Dewa