Secangkir Kopi Di Awal Tahun 2020

Oleh : Karmila Bakri

Aroma kopi menusuk lubang hidung, membawa kembali ingatanku, melambung seketika disela hembusan panas secangkir kopi, yah kala itu terakhir tahun lalu kau mengajakku ngopi sembari bercerita tentang impian 2020.

Buaian indah kau lekatkan lewat diksi-diksi di tepi kupingku, “Aku ingin impianku bersamamu terijabah di tahun 2020,”. Itu bisikmu sembari menatap dua biji bola mataku tanpa berkedip.

Apakah kau serpihan hati yang akan melengkapi hidupku di tahun 2020,aku pun masih menyisahkan ruang skeptis 2% sebab kata kakekku ” Ketika engkau merajut kasih dalam balutan cinta sisakanlah ruang untuk sakit dan kecewa, atau segala kemungkinan-kemungkinan itu bisa saja terjadi, tanpa kehendak namun ada kehendak Tuhan, Maha Penentu, “.

Belum juga berakhir di tahun 2019 kisah itu berlalu, dan benar dugaanku tidak semudah mengucap kata ” I love you”, oase hati semakin kuat seiring tiupan rasa, terimah kasih ruang waktu, aku memungut pesan akan pemaknaan, antara mencintai dan dicintai itu secara sederhana.

Jangan pernah berlebihan sebab disaat rasa sudah tidak berdamai, maka dengan sendirinya gejolak akan merusak titik fokus disela gerakan produktif, yah kita manusia punya rasa dan harus siap menerima konsekwensi dari rajutan rasa itu sendiri.

Sederhana saja, jika tak ingin kecewa dan sakit jangan coba menuai rasa berlebih, di sudut kota diantara euforia malam pergantian tahun, kusaksikan riak pesta, Denis dan Dita sedang meromantiskan rasa berkeliling kota, sembari meniup terompet, sebagai saksi bisu genap tiga tahun berhasil bersetia merawat hubungan.

Denis dan Dita adalah gambaran muda mudi masih belia, sederet postingan dan foto-foto mesra berdua dihamburkan di media sosial, seolah media sosial hanya milik mereka.

Aku mengenal mereka berdua sudah sejak lama, kadang pertengkaran-pertengkaran kecil dan besar mewarnai hubungan mereka, mulai dari rasa cemburu yang tidak terkontrol, sampai memilih angkringan warkop kadang mereka berseteru pula, bahkan persoalan warna baju dan lipstik pun kadang menjadi pemicu mereka adu jotos.

Deringan telfon ku angkat, suara sesak tangis, Dita mengabariku kalau Denis sedang mengakhiri hubungannya pas malam pergantian tahun, tanpa alasan yang jelas dia tiba-tiba mengakhiri.

Nyaliku ciut seketika kukerutkan dahi, padahal sejam lalu aku melihat Dita dan Denis sedang bergandengan tangan di taman kota, lalu kenapa secepat ini hubungan mereka berakhir. Tanyaku dalam diam. Aku pun berlaga tiba-tiba seolah-olah sebagai ustadzah yang memberikan penguatan batin.

Sayang, jatuh cinta dalam Islam, merupakan hal yang wajar dan itu merupakan anugerah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun ada kalanya ketika seseorang jatuh cinta, maka dia akan merasakan patah hati ketika dia kehilangan orang yang dicintainya. Dalam hal ini Allah sudah selalu memperingatkan hamba-Nya agar tidak pernah berharap kepada selain-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Insyirah ayat 8 yang artinya:

“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS Al-Insyirah :

Malam pergantian tahun berlalu dan ngopi pertamaku di awal tahun ada kisah Dita dan Denis menjadi buah pembelajaran.

Selamat bertahun baru kawan-kawan semoga resolusi 2020 bisa terwujud, happy new year 2020, maaf bagiku sah-sah saja memberi ucapan selamat tahun baru, dan setiap jiwa memiliki kemerdekaan dalam merayakan selama masih dalam batas kewajaran dan nilai kemanusiaan, aduh maaf yah diriku kembali berlaga sok jadi Ustadzah. Padahal wudhu dan sholatku masih butuh kusempurnakan.