Oleh Adi Arwan Alimin (Pelatih/Pusdiklatda Sulbar)
SCOUT seringkali dianggap sebagai akronim atau label tanpa makna sistematis yang jelas. Padahal, dalam dunia kepramukaan dan pendidikan latihan secara umum dapat dikembangkan secara terstruktur sebagai rangkaian proses pembelajaran aktif.
Seek, Connect, Observe, Understand, dan Think (SCOUT) dapat menjadi metode yang efektif untuk membentuk karakter, keterampilan berpikir kritis, dan adaptasi teknologi bagi generasi muda.
Seek (Mencari)
Proses pencarian informasi dan pengalaman adalah langkah awal yang krusial dalam pembelajaran. Dalam konteks kepanduan, ini berarti mendorong anggota untuk aktif mencari pengetahuan baru, baik melalui eksplorasi alam maupun sumber digital. Era digital membuka akses luas ke informasi, sehingga kemampuan mencari dengan cermat dan kritis menjadi keterampilan utama (Kompas, 2018)
Connect (Menghubungkan)
Membangun hubungan antara informasi, pengalaman, dan orang lain merupakan tahap penting untuk memperkaya pemahaman. Dalam kepanduan modern, hal ini juga berarti menghubungkan dunia nyata dengan dunia digital, seperti memanfaatkan teknologi informasi untuk kolaborasi dan berbagi nilai positif (Jatengprov, 2018).
Koneksi bakal memperkuat jaringan sosial dan kemampuan beradaptasi di masyarakat yang semakin digital. Dalam perkembangan digitalisasi dengan peserta didik Gerakan Pramuka yang digital native, hubungan atau lingkaran suatu ketika akan melahirkan Regu daring, atau kebhinekaan digital.
Observe (Mengamati)
Kemampuan mengamati secara kritis dan reflektif adalah fondasi pembelajaran aktif. Pramuka diajarkan untuk mengamati lingkungan sekitar dengan seksama, yang kini dapat diperkaya dengan penggunaan teknologi seperti peta digital dan aplikasi pengamatan (Pramuka DIY, 2022).
Observasi yang baik membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat dan responsif terhadap situasi. Observator akan berperan dalam mencatat semua percakapan, pertanyaan, jawaban, dan perilaku yang terjadi. Juga berusaha mengidentifikasi pola tertentu dalam percakapan yang memberikan umpan balik kepada coach dan coachee secara khusus (Kompasiana, 2024).
Understand (Memahami)
Memahami informasi dan konteksnya adalah proses internalisasi yang mengubah data menjadi pengetahuan bermakna. Pendidikan kepanduan yang adaptif mengajarkan anggota untuk mencerna pengalaman dan informasi secara mendalam, termasuk memahami implikasi sosial dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari (Berita Batang, 2023).
Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, dan memiliki berkecakapan hidup. Kegiatan kepanduan menekankan pada pendidikan di luar lingkungan sekolah dan keluarga dengan aktivitas yang menarik, menyenangkan, dan praktis di alam terbuka (Pramuk.or.id, 2025).
Think (Berpikir)
Tahap berpikir kritis dan kreatif merupakan puncak dari proses SCOUT. Anggota didorong untuk tidak hanya menerima informasi, tetapi juga menganalisis, mengevaluasi, dan mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kepanduan dan realitas digital yang terus berkembang (Halo Indonesia, 2023).
Di tengah pesatnya perkembangan digital, masyarakat masih bergumul dengan masalah literasi digital yang rendah. Hal ini menjadi celah bagi penyebaran hoaks di ruang digital yang berkaitan langsung dengan kemampuan berpikir kritis individu.
Tahun 2022, Indonesia mencatat tingkat literasi setinggi 98,2 persen. Namun hasil studi Programme International Student Assessment, dari OECD menyatakan 70 persen siswa (baca peserta didik) Indonesia memiliki kemampuan literasi yang rendah (sampoernafoundation, 2024). Mengapa demikian?
Pada survei Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) yang dilaksanakan pada September-November 2023, tercatat kurang dari 50% responden memiliki kesadaran untuk mengidentifikasi sumber informasi dari pesan yang mereka terima sebelum kemudian dibagikan ke orang lain (Goodstats.id, 2024).
Saat ini Gerakan Pramuka dituntut untuk menjadi agen kebaikan yang adaptif terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) (Jatengprov, 2018). Hal ini menegaskan pentingnya anggota Pramuka memiliki karakter kuat dan inovasi, termasuk pemahaman dunia digital yang makin dominan (Kompas, 2018).
Dengan mengintegrasikan metode SCOUT yang sistematis, Pramuka tidak hanya mengasah keterampilan tradisional seperti tali-temali dan navigasi, tetapi juga membekali peserta didik dengan kemampuan digital yang relevan, seperti penggunaan peta digital, keamanan data pribadi, dan komunikasi efektif di dunia maya (Pramuka DIY, 2022; Pramuka.or.id, 2024).
Sebagai metode, SCOUT dapat menjadi pendekatan pembelajaran aktif yang membantu kerangka kerja pembina dan peserta menavigasi tantangan dan peluang di era digital ini.
Sebagai rangkaian sistematis Seek, Connect, Observe, Understand, Think merupakan inovasi yang relevan dan strategis untuk pendidikan kepanduan modern. Model ini menggabungkan prinsip dasar kepanduan dengan kebutuhan pembelajaran abad ke-21, termasuk literasi digital dan pengembangan karakter.
Untuk implementasinya, gugus depan dan kwartir dapat mengintegrasikan SCOUT dalam kurikulum pelatihan pembina dan desain program peserta didik. Dan, menggunakan teknologi digital sebagai alat pendukung proses SCOUT yang mengedukasi anggota Pramuka tentang pentingnya berpikir kritis dan bertanggung jawab menuju dunia makin cerdas ini.
Bila poin-poin SCOUT berjalan, dan bukan hanya akronim, orientasi pembelajaran yang adaptif, inovatif, dan relevan ini telah dapat menjadi alternatif. Peserta didik harus dibina agar siap menghadapi tantangan global di era digital.
Latihan mesti dihidupkan kembali. Peta pita mesti dijalankan lebih lengkap. Nyalakan semangat seperti unggun api. (*)