Oleh : Masnur, Mahasiswa Unasman
Dilansir dari Wikipedia.com, bahwa Sulawesi Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian barat Sulawesi. Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat telah diperjuangkan sejak tahun 1960. Meski usulan pembentukan Provinsi Sulawesi Barat tidak disetujui oleh Pemerintah Pusat, perjuangan pembentukan Provinsi Sulawesi Barat akhirnya menemukan momentumnya pada tahun 1999 pasca gerakan reformasi. Perjuangan panjang pembentukan Provinsi Sulawesi Barat kemudian terwujud melalui upaya massif rakyat Mandar dengan didukung oleh Anggota DPR RI melalui usulan Hak Inisiatif Anggota DPR RI tentang Undang-Undang Pembentukan Daerah Otonom Baru. Tanggal 5 Oktober 2004 Provinsi Sulawesi Barat Resmi terbentuk berdasarkan UU No. 26 Tahun 2004.
Semua orang pasti sudah tahu apa itu Perahu. Masih di laman yang sama Wikipedia.com, Perahu adalah kendaraan air yang biasanya lebih kecil dari kapal laut. Beberapa perahu biasanya dibawa oleh kapal laut. Akan tetapi kata perahu ini sebenarnya mengalami penyempitan makna, karena setidaknya sampai abad ke-17, perahu merujuk kepada kapal besar (lihat perahu K’u-lun), bahkan Galleon Barat pun dulunya dikategorikan sebagai perahu, sampai digantikan oleh kata “kapal” pada bahasa Indonesia dan bahasa Melayu modern, yang sejatinya berasal dari rumpun bahasa Dravida “kappal”.
Ada beragam jenis perahu yang ada di Indonesia tapi yang terkenal diantaranya adalah Patorani, Padekawang dan Pinisi dari Sulawesi Selatan, Jukung dari Bali, Kora-kora dari Ternate, Golekan Lete dari Pulau Madura, Pledang dari Nusa Tenggara Timur, Pencalang dari Riau dan tentu saja Sandeq dari Sulawesi Barat. Selain Perahu Sandeq ada beragam jenis Perahu yang lain juga di Sulawesi Barat yaitu Perahu Leteq, Perahu Baqgo dan lain sebagainya.
Suriawan (52) pengelola Museum Mandar yang berlokasi di Majene ini mengatakan, mengapa bisa dikatakan Perahu Sandeq? karena memiliki cadik yang runcing, juga arti dari Sandeq sendiri adalah Runcing. Perahu ini juga telah lama digunakan untuk melaut mencari ikan atau sebagai alat pengangkut barang ke pulau-pulau. Ukuran Sandeq juga bervariasi contohnya, para nelayan menggunakan Sandeq berukuran besar yang dapat mengangkut 8 sampai 10 orang, sedangkan untuk membawa barang hanya berisi 3 sampai 4 orang.
Dulu cadik Perahu Sandeq pada bagian depan dan belakang itu sama besar, sekarang telah dimodifikasi untuk perlombaan seperti Sandeq Race. Perubahannya adalah pada bagian depan perahu menjadi kecil sedangkan bagian belakangnya itu besar.
Sandeq merupakan hasil pengembangan dari perahu terdahulu Suku Mandar, yaitu perahu “olang mesa”. Dulu, perahu olang mesa digunakan sebagai alat tranportasi laut untuk mengangkut bahan pangan dan sebagainya ke berbagai daerah di seluruh Nusantara. Maka dari itu, Sandeq diklaim sebagai model perahu asli rancangan masyarakat mandar yang sistematik sesuai tuntutan zaman. Perahu olang mesa bisa dilihat pada lambang Kabupaten Majene sedangkan Perahu Sandeq ada pada lambang Kabupaten Polewali Mandar dan Sulawesi Barat.
Dari laman http://samudranesia.id/sandeq-perahu-tradisional-tercepat-di-dunia-asli-suku-mandar/. Disebutkan bahwa Perahu Sandeq itu terdiri dari beberapa jenis. Pengelompokan didasarkan pada karakter nelayan Mandar. Pertama, Pangoli. Diawaki 1-2 orang, berukuran 3-4 m. Melaut dari waktu subuh hingga sore hari. Alat tangkapnya hanya berupa tali monofilamen, kail plus umpan. Kedua, Parroppong. Awak 2-3, atau 4 orang, ukuran sedikit lebih besar dari jenis pangoli, melaut 3-7 hari. Lokasi penangkapan lebih jauh dari pangoli dan berpusat di roppong (rakit yang ditanam di laut). Ketiga, Pallarung. Awak 4-6 orang, lama melaut 30 hari, target tangkapan ikan dasar laut yang biasa disebut bau batu. Untuk mengawetkan hasil tangkapan dibekukan dengan es dalam peti khusus atau thermos. Keempat Potangga. Model perahu sama dengan pallarung. Yang berbeda hanya jenis dan cara penangkapan hasil laut. Target potangga ikan terbang “Cypsilurus Altipennis” atau tuing-tuing, tapi diutamakan telurnya. Alat tangkapnya disebut buaro, epe epeq, gandrang dan sebagainya. Terbuat dari bambu dan daun kelapa. Melaut saat musim angin timur, antara Mei – akhir Agustus.
Suriawan (52) juga sempat berbincang-bincang menyangkut masalah filosofi dari Perahu Sandeq, kenapa kok bisa runcing? Beliau mengatakan, “Yah mungkin sebagian akan mengatakan bahwa itu adalah pelafalan Alif ( ا ). Yang artinya hanya merujuk kepada Allah SWT. Hanya kepada Allah kami serahkan untuk berlayar mengarungi lautan untuk mencari kehidupan. Jadi, dia berserah diri kepada Allah, kejadian apapun akan dia terima, karena walau bagaimana pun lautan yang kita arungi, kita tidak bisa memastikan akan selamat atau tidak. Mungkin akan seperti itu filosofinya dalam islam.”
Perahu Sandeq terkenal sampai ke luar negeri salah satunya di Negara Prancis. Festival Maritim Perahu Layar Sedunia yang digelar di Kota Brest, Prancis 8 tahun yang lalu berhasil membuat Perahu Sandeq asal Sulawesi Barat lebih dikenal oleh banyak orang. Hal tersebut tentu sangat membanggakan karena bisa menunjukkan kualitas para pelaut yang ada di Mandar ini yang begitu tangguh dalam mengarungi lautan dan juga membuktikan bahwa Perahu Sandeq merupakan perahu tercepat di dunia.
Sandeq Race yang juga merupakan event tahunan, diadakan tiap merayakan HUT Kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus. Hal ini juga bertujuan untuk untuk melestarikan budaya pelaut suku Mandar, sekaligus mempromosikan budaya dan pariwisata Sulawesi Barat.