Refleksi atas Praktik, Etika, dan Tantangan Menuju 2026

oleh
oleh
Foto: Ardi Humas Unsulbar

Institusi pendidikan seperti Unsulbar, pemerintahan, dan komunitas membutuhkan praktisi komunikasi yang lebih kompeten dan mampu menjadi penjernih informasi, bukan sekadar pengganda trafik.

Sesi puncak dari seluruh materi yang penulis antarkan yakni etika dan perlindungan pers. Kode Etik Jurnalistik bukan sekadar aturan formal, melainkan kompas moral. Tanpa etika, jurnalistik kehilangan legitimasi; tanpa legitimasi, kehumasan kehilangan kepercayaan.

Menurut penulis tren media 2026 pun akan menunjukkan bahwa tantangan terbesar bukanlah teknologi, melainkan integritas. Di tengah tekanan kepentingan politik, ekonomi, dan popularitas, etika menjadi penanda apakah jurnalistik dan kehumasan masih berpihak pada kebenaran dan kemanusiaan.

Workshop ini, jika dibaca secara reflektif, bukan hanya ruang transfer keterampilan, tetapi wadah pembentukan kesadaran. Untuk saling mengingatkan bahwa jurnalistik dan kehumasan adalah kerja-kerja intelektual, sosial, dan moral. Tantangannya akan semakin kompleks walau fondasinya tetap sama: fakta, etika, dan tanggung jawab publik.

Di titik inilah jurnalistik dan kehumasan bertemu. Bukan untuk saling meniadakan, tetapi sama-sama menjaga kepercayaan masyarakat dalam lanskap informasi yang terus berubah.

Kurruq sumanga… (*)

Ibis Makassar, 29 Desember 2025