Reporter : Karmila Bakri
Campalagian,mandarnesia.com_Energi kemanusiaan seketika mengantarkan langkah, berjejak (8/12) di kediaman pasangan lansia. Tepatnya di Dusun Gattungan, Desa Gattungan, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polman.
Tentu kemiskinan bukanlah tontonan menarik, namun realita sedianya tidak untuk dibungkam. Sebab ada hak-hak kemanusiaan, hak-hak kerakyatan yang perlu untuk disuarakan. Pasangan lansia ini pun memiliki identitas KTP,
suami bernama Boka Pua Eccu (80), dan istri bernama Marajia (76), Boka Pua Eccu sudah tidak bisa melihat dikarenakan penyakit kebutaan diderita bertahun-tahun. Hanyalah tongkat kayu yang digunakan sebagai alat bantu berjalan.
Adapun Marajia si istri juga sudah terlihat tua renta, namun masih setia menemani suaminya meski tinggal di rumah yang kondisi rumah sudah tidak layak huni. Papan rapuh, tiang rumah sudah dilengkapi penyanggah, apatah lagi atap rumah bocor, dan jika hujan mereka harus rela dihujani.
Mimik semangat terpancar dari pasangan lansia ini, dengan polos keteduhan kata-kata terlontar “Sannang toma iyau dini boya’u” artinya : “saya sudah senang tinggal di rumahku ini”, ungkap Marajia. Saat ditanya apakah pernah dapat bantuan raskin dan PKH, dia menjawab tidak pernah.
Apakah syarat mendapatkan bantuan sosial dari instansi terkait?, sepasang lansia ini memiliki kartu Identitas KTP, jika demikian adanya bagaimana nasib kedepannya, mengingat kondisi kehidupan lansia ini semakin menua dan rumah juga sudah semakin tidak layak menjadi hunian. Benak semakin bertanya-tanya ada apa?
Sepasang lansia ini memiliki anak satu-satunya yang juga merupakan tetangga rumah. Anak semata wayang itu bernama Subaeda(33), Subaeda pun tinggal dengan suami dan anaknya.
“Saya selalu membujuk kedua orang tua saya untuk tinggal serumah, namun orang tua saya tidak mau, mereka lebih senang tinggal di rumahnya, kondisi rumah orang tua saya sudah tahunan begini, sama sekali tidak pernah dapat bantuan sosial, raskin juga tidak pernah dapat, kalau saya sekeluarga dapat PKH, namun kedua orang tua saya tidak pernah dapat bantuan kasian, ” ungkap Subaeda.
“Kedua orang tua saya memelihara kambing, dimana kambing ini milik sepupu saya, hasil jualan kambing ini dibagi hasil, orang tua saya pun sering didata tapi tidak ada bukti sampai sekarang, ” tegas Subaeda.
Menyandingkan data dengan realita penting, bukankah data sepasang lansia ini memiliki kelayakan dapat bantuan? benakku semakin gelisah, gerah pun menyengat kulit, sepasang lansia ini sudah saatnya diperhatikan bukan sebatas diratapi.
Di samping tiang rumah yang sudah merapuh, tetangga pasangan lansia ini menyambangi dan berkata “Kasian ini dik, kakek nenek ini tidak pernah dapat bantuan, kita liat sendiri rumah sudah hancur, bantuan beras miskin juga tidak pernah dapat, rumahnya mau dia perbaiki, tapi tidak ada uang beli atap, kalau hujan kehujanan karena atap bocor,” ungkap Isa(50) selaku tetangga sekampung.
“Jika saya panen jagung kadang memberi, jika habis panen padi saya juga beri sedikit beras, ” tutup Isa. Mata berkaca-kaca saat mendegar cerita sepasang lansia ini, keluhan sedikitpun tidak ada, ketegaran terpancar dari kesetiaan hidup dengan segala keterbatasan.
Kesedihan dan keprihatinan tetangga dan anaknya menjadi keresahan bersama. Tentu ini tidak bisa didiamkan, ungkapan hati terpendam, ini realita sementara di luar sana kita sering di nina bobokan dengan ekspektasi yang luar biasa mewahnya.
Di ujung perjumpaan dengan kakek nenek, di usia renta masih mengajarkan kami nikmatnya berbagi, rumah yang sudah terlihat hampir mulai roboh, namun paras wajah memancarkan senyuman, kehidupan dilakoni begitu kuat, sungguh senyuman itu sungguh tulus.
Mereka tidak dapat beras raskin, apatah lagi bantuan sosial lainnya, sungguh di ujung perjumpaan kami, melihat mereka berKTP Indonesia, dalam benak beribu tanya, ada apa sementara mereka memiliki identitas jelas.
Setelah berpamitan, nenek begitu sibuk, mengisi dua kantung mangga yang di pungut berhari-hari, mangga itu diberikan dengan penuh cinta. Terimah kasih nek’ pesan dibalik pemberian buah mangga, bagi kami tidak bisa dinilai dengan rupiah, sebab ada nilai keluhuran yang terteguk, seketika sejenak mencaci diri yang masih perlu belajar bersyukur.
Ayat-ayat UU juga cukup terang menuangkan, bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak, penggalan kalimat ini memantik batin bertanya-tanya, sejauh manakah peran negara hadir menjawab keresahan sosial di masyarakat?.
Yuk, salurkan zakat dan sedekah dengan menyisihkan sedikit harta kita ke :
Rek : BNI Syariah 015.938.7145
A. n. Yayasan Dompet Dhuafa Republika. Caranya setiap donasi diberikan kode 99, misalnya Rp. 100.099 untuk donasi Rp. 100.000.
Konfirmasi & Layanan Jemput Sedekah
Lengke : 085255464232
Maya : 085298061854
Mila : 085213656545