Reporter: Karmila Bakri
POLEWALI MANDAR, mandarnesia.com-Tabuhan rebana merdu nan sakral menggaung di langit Desa Sambaliwali, Kecamatan Luyo, Kabupaten Polewali Mandar, Rabu (7/8/2019).
Lomba musik tradisional rebana merupakan salah satu item rangkaian harlah Desa Sambaliwali ke 22. Perempuan penabuh rebana dikenal dalam istilah bahasa Mandar Parrawana Towaine. Tabuhan tangan-tangan perempuan Desa Sambaliwali begitu khas dan berkarakter.
Malam pementasan lomba rebana riuh tepuk tangan penonton dan sesekali bulu kuduk merinding. Lantunan zikir bernafaskan syiar Islam dinyanyikan dalam Bahasa Mandar.
Para pemuda yang tergabung dalam komunitas Lantera Sambaliwali begitu antusias. Aparat desa dan seluruh masyarakat saling merangkul. Satu semangat bergotong-royong, potensi kesenian rakyat di Desa Sambaliwali pun diberi ruang ekspresi.
Ada enam grup penabuh rebana tampil dengan khas masing-masing. Empat parrawana perempuan (penabuh rebana perempuan) dan dua parrawana tommuane (penabuh rebana laki-laki). Desa Sambaliwali memperlihatkan potensi kesenian musik tradisional rebana enam grup ini tersebar di tujuh dusun. Lappingan, Palungan, Ladongi, Sanja, Bumbun Batu, Karoke, dan Passamboang.
“Parrawana towaine (penabuh rebana perempuan) di era sekarang ini masih jarang ditemukan. Ketika modernisasi menghantamkan cakarnya ke lokalitas, parrawana towaine kehilangan ruang. Butuh titik balik, dan upaya keras agar tabuhan rawana towaine itu tetap menggema,” kata Nurdin selaku inisiator penggerak pemuda di Desa Sambaliwali.
Desa Sambaliwali memiliki ikon musik tradisional rebana, di tengah geliat musik-musik modern. Parrawana towaine tampil memperlihatkan identitas lokal. Sebuah kekayaan lokalitas penting dirawat dan ditumbuhkembangkan kepada generasi.
“Saya sangat senang semangat tampil di panggung mengikuti lomba, sejak usia 15 tahun belajar menabuh rebana, sekarang usia sudah 55 tahun, namun masih tetap berjiwa muda,” ungkap Sipa’.
“Harapan ke depan musik rebana di desa kami dilirik oleh pemerintah. Sebab, di Desa Sambaliwali ini beberapa kelompok rebana perempuan masih bertahan dan kami mencintainya. Buktinya malam ini berada di panggung untuk marrawana,” pungkasnya.