MAJENE, Mandarnesia.com — Berbeda dengan perayaan malam pergantian tahun sebelumnya. Kali ini jelang tahun 2019 yang beberapa jam lagi akan disambut, tak ada lagi dentuman petasan atau suara terompet yang saling jawab menjawab memeriahkan perayaan.
Kendaraan yang biasanya lalu lalang dengan suara nyaring kini terasa seperti malam-malam sebelumnya. Itu yang terjadi di beberapa wilayah di Provinsi Sulawesi Barat.
Sebagian orang tua hingga remaja kini berduyun-duyun melaksanakan zikir bersama di dalam masjid. Lantas apa yang membuat fenomena perayaan tahu baru yang biasanya identik dengan hura-hura bergeser menjadi momentum yang begitu relijius?
Malam tahun baru yang biasanya dimeriahkan dengan pesta, kembang api, radio yang diputar dengan suara keras, terompet yang ditiup dengan semangat yang begitu kencang.
Dari penelusuran yang dilakukan mandarnesia.com, sebagian masyarakat menyadari, pergantian tahun mestinya diisi dengan doa dan zikir, bermunajat kepada Tuhan, agar tahun mendatang, tahun 2019 tak ada lagi bencana yang menimpa tanah air.
Salah satunya di Masjid Raya Kecamatan Malunda, ratusan masyarakat menggelar zikir bersama menyambut pergantian tahun 2019.
Hal serupa juga dilakukan Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar (ABM) di pelataran rumah jabatan gubernur bersama Kapolda Sulbar, Brigjen Pol Baharuddin Djafar.
Tolak bala atau penangkal bencana juga dilakukan di sebuah mesjid di Dusun Samalio, Kecamatan Malunda, Memajene. Pengurus mesjid mengajak masyarakat bersama-sama melantunkan ayat suci Al-Quran, menunggu waktu pergantian tahun.
Semoga suasana seperti ini dapat kita dapatkan di pergantian tahun 2020 kelak.
Reporter: Sudirman Syarif
Foto: FB