Pengangguran Terbuka Cukup Tinggi di Sulbar

MAMUJU, Mandarnesia.com — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Barat berdasarkan pendidikan didominasi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan 9,66 persen. Jumlah itu jauh di bawah dari lulusan SMA 6,27 persen.

Kepala Bidang Statistik dan Sosial Djumadi menjelaskan, fenomena tersebut terjadi karena warga yang berijazah SMK lebih memilih-milih pekerjaan.

“Salah satu contoh, saya lulusan SMK, lulusan sarjana ada pekerjaan tapi saya nggak mau karena tidak sesuai dengan yang saya harapkan, saya menganggur. Beda dengan yang berijazah SMP atau SD mereka bisa menerima pekerjaan apapun,” kata Djumadi saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (12/12/2018).

Untuk pengangguran yang memiliki ijazah perguruan tinggi 5,63 persen, SMP 1,27 persen dan SD 1, 40 persen.

“Sehingga dalam posisi seperti ini dan sebagainya baru kita tahu pengangguran itu lebih banyak di kota dibandingkan di desa, dan itu nampak. Hampir tiga kali lipat sehingga pengangguran di kota 6,11 persen sedangkan di desa kok 2,43,” sambung dia.

Dikatakannya, lapangan pekerjaan di kota yang banyak membuat masyarakat kota bisa memilih. Selain itu karena orang tahunya ada “gula” di kota jadi semut pun ikut ke kota.

Menurutnya rendah dan tingginya angka kemiskinan di desa tidak berbading lurus dengan pendapatan yang diraih masyarakat. Kemiskinan didominasi di desa sementara tamatan pendidikan rendah. Data kemiskinan bulan Maret 2018 di Sulbar untuk perkotaan 9,64 pesen di atas dari jumlah pengangguran di desa 11,75 persen sementara TPT di desa 2,43 persen dan kota 6,11 persen.

“Untuk mengurangi angka pengangguran pemerintah harus menciptakan lapangan pekerjaan. Pemerintah sudah menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka, tapi yang menjadi permasalahan apakah lapangan pekerjaan itu pas dengan yang disediakan oleh pemerintah,” sebutnya lagi.

“Tujuan SMK bukan jadi buruh, tapi untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Tetapi masalahnya pemerintah ini harus melihat apa yang mereka punya keahlian. Karena punya keahlian dampaknya apa? Mereka harus memilih A, B dan C. Saya teknik mesin, tapi ada tidak mesin,” tutupnya.

Reporter: Sudirman Syarif