Oleh Adi Arwan Alimin
“Sebagian besar pemilih pemula belum menentukan pilihannya.”
Seratusan peserta dari berbagai sekolah dan kampus di Mamuju hadir. Aula Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Barat yang baru saja diresmikan pekan lalu itu, sejak jam 08.00 mulai didatangi undangan. Ruang pertemuan ini berada di lantai dua, posisinya mengarah ke laut Mamuju.
Selasa, 5 Desember pagi kemarin, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Mamuju Raya menggelar Dialog Pemilih Pemula. Agenda ini menyongsong Pemilu 2024. Penulis hadir bersama Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sulbar, Said Usman Umar; dan Muhammad Zakir Akbar pemerhati sosial, mantan Konsultan Unicef Gorontalo.
Apa yang menjadi penting dari pertemuan ini, selain urusan angka-angka dari Data Pemilih Tetap (DPT) Sulbar yang hampir satu juta pemilih itu? Apa yang mesti dibincang bersama anak-anak muda Mamuju, yang pesertanya kali ini sebagian merupakan pemilih pemula?
Diskusi dipandu milenial Sriwiyata Ismail Zainuddin, M.Sc. alumni UGM ini memandu diskusi cukup apik. Uraian mengapa diskusi bersama Pemilih Pemula ini dianggap penting juga dipaparkan Firman Juang Mallarangeng, Ketua Kagama Mamuju Raya. Peran dan dinamika politik saat ini memang perlu memperhatikan keberadaan pemilih pemula.
Bila diklasifikasi jumlah pemilih pemula yang masuk kategori Gen Z, dan pemilih muda lainnya, angkanya mencapai hampir 60 persen. Sulawesi Barat dengan DPT sebanyak 985.760 jiwa (data per 5 Desember yang penulis terima dari KPU Sulbar), mencakup 257.426 Generasi Zillenial, dan 326.790 Millenial.
Ketika penulis bertanya apakah peserta yang sebagian besar Gen Z itu telah memiliki pilihan, bila Pemilu dilaksanakan hari ini, sebagian besar dari 100-an peserta menunjukkan tangan, belum memiliki pilihan. Sebagian lainnya telah memiliki jagoan masing-masing.
59 persen pemilih di Sulbar ini masih memerlukan edukasi atau literasi kepemiluan secara lebih masif. Kita sebenarnya dapat membaca hasil sigi berbagai lembaga survei mengenai tren anak muda Indonesia pada Pemilu 2024. Secara nasional dominasinya milenial, dan Gen Z, yakni 56,45 persen dengan total 113 pemilih. Reratanya hampir sama di Sulbar,
Puluhan pertanyaan yang bermunculan di sesi tanya-jawab menunjukkan masih kurangnya sosialisasi bagi peserta. Terlebih sebagian besar penanya mengaku tidak mengenal siapa yang harus mereka pilih dari ratusan calon legislatif yang ada, baik di kabupaten dan provinsi.
Secara teknis pemilih pemula dan muda yang setiap hari dipapar informasi atau kampanye Pemilu 2024 telah memahami konsep dasar demokrasi. Yang kini benar-benar diperlukan bagaimana peran dan partisipasi aktif mereka di TPS pada hari H.
Jumlah yang amat besar ini menurut Katadata 87 persen akan mencoblos saat pemilu. 17 persen mengadakan diskusi politik, 16 persen lainnya mengikuti pendidikan politik, sedang 15 persen menjadi petugas TPS, dan 10 dari mereka menjadi timses, dan angka lainnya termasuk yang tidak mencoblos.
Partai politik atau kandidat presiden dan wakil presiden yang sedang berlaga hendaknya terus meyakinkan pemilih bahwa mereka memiliki pengaruh amat penting. Bila mereka menggunakan hak suara mereka di Pemilu, kebijakan yang berkenaan dengan hak yang mesti diperoleh kaum muda akan dapat diwujudkan.