Oleh: Fiqram Iqra Pradana (CEO Manabrain Institute)
MENULIS adalah skill dasar yang hampir dibutuhkan oleh semua pekerjaan. Tentu, menulis yang dimaksud bukanlah mencatat yaa. Menulis yang saya maksud adalah merangkai ide, gagasan, pikiran dalam bentuk kalimat. Yaa sesederhana itu, namun tentu saja dalam menjalaninya akan ditemui sesuatu yang menjadi penghambat. Sama seperti skill lainnya, menulis juga perlu dilatih. Seorang profesional dalam bidang apapun mempunyai jam latihan yang banyak maka sudah tentu, jika ingin memiliki skill menulis yang baik maka latihannya pun perlu ditingkatkan, lebih baik jika dilakukan setiap hari.
Apakah bisa dilatih setiap hari? Tentu bisa, dan itu tidak sulit. Sesuatu yang sulit itu ada dua kemungkinan, pertama standarnya terlampui tinggi dibawah kapasitas kita. Kedua, latihannya yang kurang. Nah kita fokus yang kedua. Rata-rata seorang yang baru belajar menulis, ingin menerbitkan langsung buku pertama, dan melewatkan tangga latihan yang seharunya ia lewati. Yaa untuk menjadi ahli, minimal bisa menulis dengan baik dibutuhkan waktu 10.000 jam. Waktu itu bisa kita dapatkan jika latihan setiap hari selama 6 jam dalam waktu 5 tahun. Itu hitung-hitungan idelis kawan, tentu saja kita bisa mensiasatinya.
Bagaimana caranya? Caranya dengan menggunakan teknik menulis freewriting. Teknik menulis bebas. Tidak ada rumus atau standar tertentu yang perlu diikuti, hanya saja dibatasi oleh waktu 10-15 menit. Ketika mempraktikkan metode ini maka tanda baca, penulisan huruf yang salah itu haram yaa untuk dikoreksi. Pokoknya menulis saja tanpa ada beban ‘takut salah’ misalnya atau ‘takut tidak bagus’. Akan disediakan waktu untuk mengoreksi tulisan atau jika ingin diedit, diluar dari waktu menulis freewriting tersebut.
Rhenal Kasali pernah menulis bahwa “….keterampilan menulis itu tak lantas membuat seseorang menjadi penulis. Ia bisa menjadi apa saja, dengan logika berpikir yang teratur karena terbiasa menulis. Karena dengan menulis, seseorang akan berpikir kritis dan me-manage pikirannya secara kreatif”.
Lebih dekat dengan Freewriting
Ada beberapa ahli yang memperkenalkan pengertian dari freewriting. Pertama, Natalie Goldberg dalam bukunya Writing Down the Bones, memperkenalkan freewriting sebagai “menulis tanpa bentuk” yaitu menulis dari pikiran sendiri. Hasil menulis itu mungkin tidak sesuai dengan bentuk tulisan dalam genre tertentu, misalnya bentuk esai, cerpen, puisi, novel, atau bentuk-bentuk lainnya. Yang penting memang menulis itu sendiri, menulis sebebas-bebasnya seluruh pikiran yang terlintas di benak tanpa rasa takut.
Kedua, Dr. James W. Pennebaker dalam bukunya Opening Up, memperkenalkan freewriting sebagai “menulis untuk membuang”. Pertanyaannya adalah, membuang apa? Membuang seluruh emosi negatif dan juga segala hal yang mengganggu pikiran. Lebih jauh, freewriting ini bisa dimanfaatkan untuk menuliskan (membuang) trauma, kerendahdirian, rasa takut salah, ketidakpercayaan diri, keragu-raguan, berbagai tekanan (stres), dsb.
Ketiga, Lev Vygotsky. Beliau merumuskan freewriting sebagai menulis dalam proses. Ketika Anda mempraktikkan freewriting, maka yang perlu Anda pentingkan dan perhatikan secara seksama adalah proses menulis itu sendiri bukan hasil menulisnya. Ini mengisyaratkan bahwa apapun yang Anda tulis tidaklah penting. Yang penting adalah proses atau merasakan proses -Anda nyaman atau tertekan pada saat- menulis.
Keempat, Deporter dan Hernacki dalam bukunya Quantum Learning, memperkenalkan freewriting sebagai ‘fast writing’ yaitu menulis dengan memanfaatkan otak kanan. Menurut Roger Sperry, otak kanan bersifat bebas, spontan, tidak teratur atau acak dan cenderung berpikir menyeluruh. Jadi, ketika Anda melakukan freewriting, Anda menulis dalam keadaan bebas dan tidak harus menentukan ini-itu terlebih dahulu.
Kelimat, Peter Elbow dalam bukunya Writing Without Teacher, memperkenalkan freewriting sebagai ‘menulis tanpa sensor dan editing’. Elbow menganjurkan siapa saja yang ingin melakukan freewriting agar membatasi waktu alias menggunakan alarm. Elbow menyarankan waktu dalam freewriting antara 10 – 15 menit. Menulis tanpa sensor dan editing adalah menulis yang tidak usah memeriksa kembali apa yang sudah ditulis. Teruslah menulis hingga alarm berbunyi.
Cara Membentuk Habit Freewriting
Saya akan merujuk teori yang dikemukakan oleh Stephen R. Covey dalam bukunya yang berjudul The 7 Habits of Highly Effective People mengenai habit, termasuk cara untuk konsisten menulis terutama menulis freewriting. Ada tiga hal yang dibutuhkan untuk membentuk kebiasaan yaitu hasrat (desire), pengetahuan (knowledge) dan kemampuan (skills).
Mari kita beda satu persatu. Hasrat atau mungkin lebih dekat kita anggap sebagai motivasi bisa juga tujuan awal kita untuk memulai sesuatu. Nah alasan apapun itu yang membakar kita untuk memulai sesuatu itulah yang dinamakan hasrat. Nah karena hasrat ini terbatas dan perlu untuk dibangun setiap hari maka kita tidak boleh bergantung terus dengan hasrat. Perlu ditopang dengan pengetahuan.