Mencetak Generasi yang “Gila Membaca”

I DON'T STUPID -

Oleh. DR. Aco Musaddad. HM.

“Buku adalah harta yang tak ternilai, jika anda ingin sukses maka bacalah buku sebanyak -banyaknya. “

Namun, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanyae0,001 persen menurut data UNESCO artinya dari 1000 orang Indonesia, cuma 4 orang yang rajin membaca.

Kemudian informasi lain datang dari sebuah riset berbeda bertajuk “Most Lettered Nation In The World ” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University, tepatnya 2 tahun yang 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara soal minat membaca.

Data di atas cukup memprihatinkan untuk kelangsungan bangas ini, olehnya itu perlu ditempuh upaya upaya “Gila” (Yang jarang dilakukan Orang) untuk menjadikan bangsa ini indeks membacanya cepat melambung.

Salah satu strateginya adalah: Jika selama ini dikenal dengan istilah “Dunia Anak Dunia BERMAIN” diganti menjadi dunia Anak Dunia MEMBACA” memang ini tidak mudah, tetapi harus yakin ini dapat dilakukan, dimulai dari institusi yang paling kecil yaitu keluarga.

Bobbi De Porter dan Mike Hernacki sangat yakin bahwa munculnya minat yang kuat pada suatu bidang akan memunculkan minat lain lainnya. Jika sejak dini anak -anak selalu dibacakan dongeng sebelum tidur dan akhirnya si anak menjadi kecanduan untuk mendengar dibacakan dongeng sebelum tidur, maka akan memunculkan minat lain pada anak yaitu keinginan anak untuk belajar membaca supaya dapat memilih dongeng apa yang ia sukai. Orang tua pun harus lebih dapat memberikan rangsangan kreativitas terhadap anaknya, dengan mendesain rumah menjadi rumah baca, atau membuat pojok baca di dalam rumah menjadikan anak akan terbiasa dengan buku.

Berdasarkan studi yang dilakukan terhadap 174 anak di bawah usia lima tahun, R. H. bradley dan B. M. Caldwell menunjukkan bahwa ternyata lingkungan rumah (Home Environtment) sangat mempengaruhi kognitif anak. Diantaranya aspek yang paling berperan dalam peningkatan IQ anak adalah keterlibatan ibu terhadap pekerjaan anak (maternal involvement with child), termasuk bagaimana ibu aktif selalu bertanya terhadap apa yang sedang dilakukan anak.

Lewat inilah orang tua dapat memperkenalkan buku sejak dini. Seorang anak yang sejak dini selalu melihat orang tuanya bekerja selaku service motor. Proses pembelajarannya lahir dan tumbuh di lingkungan bengkel motor, dipastikan anak itu akan pandai menservice kendaraan nantinya. Demikian pula halnya jika sejak dini anak sudah diperkenalkan buku, perpustakaan, apa manfaat membaca, maka anak tersebut akan menjadikan kebiasaan membaca dalam hidupnya.

Membaca adalah kebiasaan yang harus ditanamakan sejak dini. Maka strategi yang paling baik dilakukan adalah membuat perpustakaan keluarga di rumah.

Proses pergantian “Dunia Anak Dunia Bermain, menjadi Dunia Anak Dunia Membaca ” hanya dapat dilakukan oleh keluarga yang “Gila Membaca “