Menanti Era Baru PWI Sulbar

Menanti Era Baru PWI Sulbar -

Oleh Adi Arwan Alimin

(Anggota Luar Biasa PWI Sulbar)

RABU (13/9) pagi, saya menerima telepon dari Mustafa Kufung. Pemimpin utama Radar Sulbar ini memberi kabar bahwa pak Atal S. Depari sedang menuju Mamuju. Beberapa pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) disebutkan sedang bersamanya di bandara Tampa Padang. Mereka menanti Wakil Ketua PWI Pusat Bidang Pembinaan Daerah yang bertolak dari Makassar.

Bakda Dzuhur saya kemudian merapat ke graha pena. Di gedung bercat biru itu telah hadir beberapa kawan-kawan pengurus PWI, meski sebenarnya juga baru sampai dari bandara. Tak lama, rapat pleno dibuka Ketua PWI Provinsi Sulbar, Andi Sanif Atjo. Atal Depari mengambil posisi duduk berhadapan dengan penulis, sementara Sulaeman Rahman (Sekretaris PWI Sulbar) bersisian tamu dari Jakarta ini.

Mustafa Kufung, dan Alaluddin (Berita Kota) duduk diantara penulis. Sementara peserta rapat lainnya; Mursalim Madjid, Samad Almandary, Abdul Halim (TVRI), Muhammad Sholihin, Ishaka Toyib, Iqbal, dan Enis duduk melingkari dua meja di depan kami. Tak lama kemudian, Laode Muhadi juga hadir tergopoh-gopoh.

Isu krusial yang dibahas dalam pertemuan yang terasa mendadak ini, penulis belum menemukan istilah lain, menukil rotasi kepengurusan PWI yang kemudian berlangsung lancar. Meski sedikit ada kelokan layaknya rapat pengurus menjelang konferensi cabang (konfercab), namun rasa alotnya tak melampaui antusias peserta bahwa suksesi PWI Sulbar untuk mencari “Kosong Satu” mesti disegerakan.

“PWI Pusat sebenarnya berharap ini segera dilaksanakan,” sebut Atal Depari pendiri Sportanews.com yang merupakan salah satu wartawan senior di PWI Pusat. Sosok ini menurut penulis seorang yang piawai memandu suasana. Walau kalimatnya sering menukik tajam, namun banyolannya kerap membuat kami terkekeh.

Target 30 hari ke depan untuk Konfercab PWI Provinsi Sulbar menjadi putusan final. Bung Mursalim Madjid kemudian didaulat untuk menjadi ketua panitia persiapan, wartawan yang terbilang senior di Sulbar ini didampingi Abdul Halim sebagai sekretaris. Sementara Sholihin punggawa Sulbar Ekspres selaku bendahara. Kepanitian yang klop. Meski akan dibantu beberapa bidang lain. Penulis juga ditunjuk menjadi wakil ketua panitia, amanah ini kami terima untuk menyiapkan agenda besar khas wartawan PWI.

Oktober 2017 akan menjadi periode ketiga kepengurusan definitif PWI di jazirah malaqbiq ini. Rentang 10 tahun berselang tentu memiliki muatan dan dinamika yang penuh warna-warni. Bagi penulis, tantangan yang dilewati PWI 10 tahun terakhir memerlukan perencanaan strategis untuk menata PWI Sulbar yang lebih modern. Perkembangan media dalam lima tahun belakangan telah memaksa banyak perusahaan media untuk makin kreatif mengadaptasi perkembangan informasi teknologi. Tren pembaca pun telah mengalami semacam diaspora. Minat baca dan daya beli seperti sisi mata uang yang membelit mekanisasi bisnis media.

Ke depan PWI Sulbar memerlukan terobosan untuk mendesain rencana dan program kerjanya yang harus lebih melayani pembaca, dan publik secara luas. Sebagai organisasi wartawan tertua di Indonesia, PWI menanggung tanggung jawab sangat besar. Tak mudah menangani institusi yang berisi beragam individu, media dan mungkin juga aspek kepentingan berbeda.

Atal mendesak, agar PWI ke depan ikut mengambil peran lebih besar dalam isu-isu yang strategis terkait kepentingan publik. “Media, dan wartawan memiliki tanggung jawab itu,” sitirnya saat ingin mengakhiri pertemuan Rabu sore.

30 hari mencari pemimpin PWI Sulbar ibarat judul potongan judul film. Sebuah proses yang telah lama dinanti-nanti jajaran pengurus juga anggota PWI. Siapa pun yang bakal menggawanginya, ia mesti sosok yang sungguh tangguh memahami relung kepentingan organisasi besar ini. Bahwa zaman telah berubah dengan begitu cepat, daya saing amatlah sengit. Sementara kita tak lagi boleh menunda konferensi bersama ini.

Selamat menanti era baru di tubuh PWI Sulbar. Renik organisasi memang penuh pernik. Itulah yang menarik. (*)

Mamuju, medio September 2017