Masjid Kubah 99 Asmaul Husna: Doa yang Mengapung di Pantai Losari – Makassar

Oleh: Muliadi Saleh
Penulis, Pemikir, dan Penggerak Literasi Budaya

JIKA berkunjung ke Makassar sempatkanlah ke Pantai Losari. Ketika melintasi jalan dan menengoklah ke arah laut. Matamu akan langsung tertuju dan dimanjakan oleh keindahan dan kemegahan Masjid Kubah 99 Asmaul Husna.

Sebuah mahakarya keimanan dan estetika. Masjid ini bukan hanya tempat bersujud, ia juga puisi yang ditulis oleh arsitektur dan dilantunkan oleh warna, bentuk, dan makna.

Masjid ini berdiri di atas kawasan reklamasi Center Point of Indonesia (CPI), menyuguhkan pemandangan spektakuler: 99 kubah warna-warni yang menjulang dan bertingkat, merepresentasikan 99 nama-nama indah Allah. Setiap kubah adalah panggilan jiwa, setiap warnanya adalah gema dzikir yang menggema hingga langit.

Arsiteknya, Ridwan Kamil, menyebut masjid ini sebagai “perpaduan antara seni, simbolisme, dan spiritualitas”. Dalam wawancaranya, ia berkata: “Masjid bukan sekadar bangunan ibadah, tapi ruang keindahan yang menyentuh batin. Arsitektur yang baik bisa membuat orang menangis, merenung, dan merasa dekat dengan Tuhan.”

Masjid ini tidak hanya unik karena kubahnya yang banyak, tetapi juga karena lokasinya yang menjorok ke laut. Ketika air pasang tiba, seolah masjid ini mengapung di atas lautan, menjadi kapal spiritual yang membawa hati-hati gundah berlayar menuju kedamaian.

Dengan kapasitas sekitar 13.000 jamaah lebih, masjid ini menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia Timur. Interiornya luas dan terbuka, langit-langit tinggi dengan pencahayaan alami, membuat siapa pun merasa ringan dan lapang saat melangkah masuk.

Arsitektur Islam adalah seni yang bertasbih. Kaligrafi yang mengalir di dinding-dindingnya adalah ayat-ayat langit yang ditulis dengan cinta. Lengkungan dan simetri yang membentuk mihrab, kubah, dan menara bukan hanya memanjakan mata, tapi meresap sampai ke dasar rasa. Mereka bukan hanya bangunan, tapi bahasa spiritual yang membisikkan: “Tuhan itu dekat. Tuhan itu indah.”

Menurut seorang pakar pemikiran Islam kontemporer: “Kubah 99 bukan hanya monumen visual, tapi pesan spiritual. Ia mengajak umat Islam untuk kembali mengenal sifat-sifat Allah, bukan hanya sebagai hafalan, tapi sebagai pedoman hidup.”

Dari segi desain, masjid ini menggunakan arsitektur modern tropis dengan pendekatan ekologi terbuka. Tidak menggunakan pendingin udara buatan dalam area utama, masjid ini mengandalkan sirkulasi udara alami—sebuah langkah ramah lingkungan sekaligus bentuk ekoteologi Islami yang menghadirkan harmoni antara manusia, ibadah, dan alam.

Diresmikan dan dibangun dengan komitmen kuat oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, masjid ini telah menjadi ikon wisata religi dan spiritual. Tak hanya dikunjungi oleh jamaah, tapi juga oleh pelancong, fotografer, pelukis, bahkan konten kreator yang terpukau oleh keelokan bentuk dan filosofinya.

Malam hari, cahaya dari dalam masjid membuat kubah-kubah itu seperti bintang yang turun ke bumi. Siang hari, warnanya menyatu dengan langit tropis dan birunya laut. Tak ada waktu yang salah untuk berkunjung. Karena kapan pun engkau datang, engkau akan pulang dengan hati yang lebih tenang.

Masjid ini adalah jawaban bahwa Islam itu indah, dan keindahan itu bisa menjadi jalan menuju ketenangan, kesadaran, dan kedekatan pada Allah. Dalam dunia yang gaduh oleh ambisi, Kubah 99 mengajak kita untuk berhenti sejenak, menatap langit, dan bersujud dalam diam.

Masjid Kubah 99 juga menjadi rumah bagi berbagai acara keagamaan berskala besar. Safari Ramadan, tabligh akbar, dan kunjungan tokoh-tokoh nasional kerap digelar di sini. Tinggi kubah utamanya mencapai 30 meter, dikelilingi oleh kubah-kubah kecil yang disusun geometris dengan makna spiritual tersendiri. Di dinding dan pelatarannya terukir Asmaul Husna secara visual, mengajak jamaah bukan hanya menghafal, tapi meresapi maknanya.

Arsitekturnya yang terbuka, sistem drainase mandiri, serta struktur tahan gempa menjadikan masjid ini bukan hanya indah, tapi juga tangguh. Bahkan, kawasan sekitarnya direncanakan sebagai kawasan edukasi dan wisata Islami terpadu di masa depan.

Datanglah. Tak sekadar memotret, tapi menyerap makna. Tak hanya bersujud, tapi menyentuh langit dengan hati. Karena Kubah 99 adalah doa yang dibangun, bukan hanya dibacakan.