Majene Urutan kedua di Indonesia dari Indeks Risiko Bencana

Reporter: Sudirman Syarif

MAMUJU, mandarnesia.com —
Sekretaris Provinsi Sulawesi Barat Muhammad Idris DP mengatakan, tangguh bencana ada pada level kemandirian masyarakat. Bukan hebatnya pemerintah untuk menangani.

Karena itu kata dia dalam Training Apoteker Tanggap Bencana (ATB) di Aula Gedung UPTD Dinas Pertanian Sulbar, dibutuhkan pendidikan mengenai kebencanaan.

“Bagaimana para apoteker itu memahami lebih jauh aspek kebencanaan dan sesudah itu mendesiminasi menggunakan pengetahuannya, untuk kebutuhan masyarakat kita,” kata Idris, Sabtu (11/4/2021).

Idris menegaskan, tidak boleh berhenti dan semangat terus untuk menjadikan apoteker, sebagai garda terdepan penanggulangan, pencegahan bahkan penanganan bencana.

“Hal itu menjadi sangat penting untuk dihasilkan bersama di Sulbar. Dalam indeks risiko bencana yang dikeluarkan oleh BNPB, Sulbar adalah termasuk daerah rawan bencana.

“Dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, Sulbar masuk urutan kedua rawan bencana, dan juga salah satu kabupaten dari 528 kabupaten kota di Indonesia, Majene masuk urutan kedua di Indonesia dari indeks risiko bencana,” ungkap Idris.

“Artinya indeks risiko bencana itu disusun oleh empat elemen. Pertama, mohon maaf, rata-rata masyarakatnya itu tidak peduli mengenai kebencanaan. Kedua, ketersediaan pemerintah tanda kutip ya, di semua level itu kira-kira level profesional penanganannya tergolong rawan tidak memiliki tanggap yang bagus,” sambungnya.

Ketiga, yang membentuk indeks tinggi adalah gabungan antara ketidaktersediaan SDM dengan infrastruktur penyelamatan, misalnya kampung-kampung kecil itu harusnya ada satu keluruhan mekanisme penyelamatan.

“Keempat, yang paling membentuk indeks kita agak rendah adalah alokasi pembiayaan,” tutupnya.