Laporan : VOA Indonesia
Perintah eksekutif pemerintah AS baru-baru ini untuk menangguhkan penerbitan Green Card atau Kartu Penduduk Tetap telah membuat mahasiswa internasional di perguruan tinggi AS berada dalam ketidakpastian seputar pendaftaran dan masa depan mereka.
Meskipun keputusan ini tidak langsung berpengaruh pada visa mahasiswa, tetapi terbuka opsi untuk mengkaji kembali program non-imigran “dalam kurun 30 hari setelah pengumuman ini,” dan bisa disarankan pemberlakuan “langkah-langkah lain untuk menstimulir ekonomi Amerika” selama berlangsungnya krisis COVID-19.
Visa mahasiswa berdasarkan kategori visa non-imigran diterbitkan oleh warga asing yang hendak masuk ke AS untuk kurun waktu yang sifatnya sementara.
Athiyah Azum adalah mahasiswa jurnalistik di University of Maryland yang akan lulus pada Mei. Ia telah mendaftar untuk Optical Practical Training atau OPT, sebuah kesempatan praktik kerja, tetapi dia khawatir administrasi statusnya tidak akan diolah sebelum visanya.
“Ketika saya melamar pekerjaan, seperti mencantumkan dalam surat lamaran , ‘Anda tidak harus mensponsori saya.’ Saya punya izin kerja yang mulai berlaku 1 Juni, karena saya mengandalkannya,” kata Athiyah Azum.
Azum adalah mahasiswa yang magang di VOA, dan meskipun perintah eksekutif itu tidak mempengaruhi dirinya, tetapi hal itu tetap membuatnya was-was.
“Saya mendapat informasi berita bahwa [Presiden Donald] Trump akan menerbitkan perintah eksekutif untuk sementara waktu melarang imigrasi, yang ada di benak saya ,‘Apa yang harus saya lakukan? Bisakah saya tetap tinggal di AS? Apa yang akan terjadi?” kata Athiyah Azum.
Menurut Badan Imigrasi AS atau USCIS, badan yang bertanggung jawab mengelola sistem imigrasi, kantor-kantor mereka akan buka kembali pada 4 Juni, tetapi staf USCIS tetap melakukan tugas-tugas yang tidak melibatkan temu muka dengan publik.
Sudah lebih dari sebulan pemerintah AS menghentikan pengolahan semua visa non-imigran, penerbangan dibatalkan, kantor imigrasi tutup, dan kuliah dilakukan secara online.
Rebecca Hamlin adalah pemimpin bagian penerimaan mahasiswa di University of Massachussetts at Amherst, dan katanya, keprihatinan di kalangan mahasiswa internasional terus hadir karena tidak ada yang bisa mendaftar untuk masuk, meskipun calon mahasiswa itu sudah diterima di lembaga AS.
“Kami mendapat telepon mengenai ini dan melakukan pembahasan mengenai ini selama sebulan terakhir, mengenai bisa atau tidak mahasiswa yang telah kami terima untuk musim gugur 2020 datang. Dan sejauh ini, kami tidak tahu jawabannya,” kata Rebecca Hamlin.
Kata Hamlin, perintah eksekutif yang terkait dengan visa non-imigran merupakan “bencana besar untuk pendidikan tinggi di AS.”
Sektor pendidikan tinggi di AS sudah dihadapkan pada kenyataan adanya persaingan besar dari negara-negara lain pada 2018, karena universitas-universitas di luar AS mampu menawarkan uang kuliah lebih rendah, peluang untuk berimigrasi, serta mahasiswa internasional lebih sedikit dihadapkan pada kontroversi.
Jadi akibat sebuah keputusan eksekutif yang membekukan semua imigrasi ke AS, harapan dari banyak kalangan muda untuk melanjutkan pendidikan mereka di negara Paman Sam ini untuk sementara tertunda, atau untuk beberapa kandidat pudar sama sekali. [jm/my]
Ketpot : Ketika pandemi corona semakin memburuk, mahasiswa internasional China di AS menghadapi dilema. (Foto: VOA)