LSI: Prabowo Capres Pertama Lolos Putaran Kedua, Dukungan Ganjar Menurun

Siapakah cawapres dari tiga capres yang berpeluang maju di Pilpres 2024? Indeks cawapres menjadi isu penting kelima dalam temuan survey kali ini.

LSI Denny JA merumuskan 5 (lima) variabel yang menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan cawapres. Indeks cawapres dibuat berdasarkan pengalaman pemilu sebelumnya dan realitas politik .

Cawapres dipilih bukan hanya semata faktor elektabilitas. Namun gabungan lima faktor utama yang kami sebut sebagai indeks cawapres.

Kelima variabel tersebut adalah: tambahan elektabilitas, kuasa tiket (ketum partai), tokoh dari ormas besar, pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana.

Dari riset kualitatif dan expert judgement yang dibuat LSI Denny JA, setiap nama dari 8 (delapan) nama cawapres dinilai dari kelima variabel tersebut.

Delapan nama cawapres yang diuji adalah Agus Harimurti Yudhoyono(AHY), Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Khofifah Indar Parawansa, Mahfud MD, Muhaimin Iskandar, Said Aqil Siradj, dan Sandiaga Uno.

Hasilnya tak ada satupun cawapres ideal yang memenuhi kelima variabel yang harus dipenuhi cawapres. Dan tak ada satupun cawapres yang menambah elektabilitas signifikan bagi capres.

Dari kedelapan nama, Airlangga Hartarto menjadi cawapres dengan indeks cawapres tertinggi. Ia memenuhi paling banyak tiga variabel, yaitu kuasa tiket (ketum partai), pengalaman pemerintahan, dan jaringan sumber dana.

Di bawah itu, ada 5 cawapres yang memenuhi dua dari lima variabel yakni Sandiaga Uno, Erick Thohir, Mahfud MD, Khofifah, dan Muhaimin Iskandar. Sementara cawapres yang hanya memenuhi satu variabel saja adalah AHY dan Said Aqil Siradj.

Jika capres diputuskan melalui pertimbangan elektabilitas atau dukungan publik terhadap tokoh itu berdasarkan survey, cawapres sepenuhnya diputuskan berdasarkan kesepakatan segelintir elit partai saja dengan mempertimbangkan empat variabel di atas selain tambahan elektabilitas.

Sembilan bulan sebelum Pilpres 2024, peluang Prabowo untuk memenangkan Pilpres lebih besar ketimbang peluangnya pada Pilpres sebelumnya di tahun 2014 dan 2019.

Sungguhpun Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan tokoh populer, mereka belum sekuat Jokowi yang saat itu menjadi kompetitor Prabowo. Lebih mudah bagi Prabowo mengalahkan Ganjar atau Anies ketimbang mengalahkan Jokowi di zamannya.

Lagu yang acap dinyanyikan Elvis Presley: “It’s Now or Never” berlaku untuk Prabowo. Sejak konvensi Partai Golkar untuk Presiden di tahun 2004, Prabowo sudah hadir, hingga Pilpres 2009 (sebagai cawapres dan tahun 2014 dan 2019 sebagai capres).

It is now. Hanya sekaranglah kesempatan terakhir Prabowo untuk terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia. Kondisi ini memberikan semangat ekstra kepada Prabowo.

Tapi Pemilihan Presiden masih sembilan bulan lagi. Banyak hal dapat terjadi selama sembilan bulan itu. Jika isu soal perlunya strong leader untuk menumbuhkan ekonomi meluas, isu ini akan menguntungkan Prabowo. Sekaligus itu dapat menurunkan dukungan kepada Ganjar Pranowo.***

19 Mei 2023