Reporter : Busriadi Bustamin
MALUNDA,mandarnesia.com-Dahulu, di tanah Mandar dikenal budaya Marri’di Pare (menumbuk padi). Seiring perkembangan jaman, budaya ini semakin tergerus. Marri’di pare padi digantikan dengan mesin penggiling lebih modern.
Ketua Tim Deville Dusun Alle-alle, Desa Mekkatta Kecamatan Malunda Kabupaten Majene, Jerni mengajak masyarakat agar kembali melestarikan budaya marri’di pare.
“Marri’di pare adalah salah satu budaya yang hampir punah dalam masyarakat Mandar khususnya di Desa Mekkatta. Marri’di pare adalah bagian dari proses untuk menghasilkan beras, tanpa menggunakan peralatan modern. Hanya bermodalkan lesung atau issong (bahasa Mekkatta) dan alu atau parri’di (bahasa Mekkatta),” kata Jerni saat membacakan sinopsis penampilannya dalam acara Karnaval Desa Mekkatta, pada pembukaan Pordes menyambut HUT Desa Mekkata ke 31, di Lapangan Desa Mekkatta, Jumat (9/8/2019) kemarin.
Proses pembuatan, sambung Jerni, dengan cara menumbuk berulang kali agar padi terpisah dengan kulitnya.
“Kemudian dipisahkan dengan cara ditandu dan akhirnya menghasilkan beras yang siap dikonsumsi. Semoga bisa menambah pengetahuan kita untuk tetap melestarikan budaya marri’di pare,” kata Jerni.
Kepala Desa Mekkatta Muhardi menyampaikan, semoga dengan kegiatan seperti ini kembali dilaksanakan pada tahun mendatang.
“Kami juga sampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat Desa Mekkatta atas partisipasinya. Kami juga sampaikan seluruh panitia pelaksana atas kerja kerasnya. Mudah-mudahan pelaksanaan ini bisa berjalan sukses hingga selesainya acara,” harap Muhardi.
Foto : Busriadi Bustamin






