Kripik Upe Inovasi Pemuda Desa Kunyi

Reporter : Karmila Bakri

Anreapi-mandarnesia. com. Terobosan inovasi dari pemuda-pemudi menjamur di Nusantara. Kekayaan sumber daya alam dikelola menjadi produk bernilai ekonomi. Potensi lokal tersaji, berbagai produk inovasi bermunculan sesuai icon daerah. Forum Pemuda Desa Kunyi (FPDK) merupakan lembaga kepemudaan di Desa Kunyi, Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar. Lembaga ini telah melahirkan buah inovasi kripik Upe.

Menjumpai owner kripik Upe rabu (18/9), perempuan inspiratif Desi Ratnasari (21) akrab disapa Eci, memperkenalkan produk inovasi kripik Upe berbahan dasar keladi, Istilah Upe diambil dari bahasa lokal Suku Pattae, Upe artinya keladi.

“Awal mula membuat produk adalah ingin mengikutsertakan organisasi FPDK ke even internasional, kala itu Pifaf ke 3 di gelar di Polman. Nah, sebagai syarat kita harus punya karya dipamerkan kepada pengunjung. Sementara kami berkegiatan itu lebih banyak di bidang pendidikan dan baksos” ungkap Desi Ratnasari selaku anggota di FPDK.

“Dari hasil rembuk bersama kawan-kawan, muncullah ide membuat kripik keladi. Awalnya kawan-kawan kurang yakin akan produk ini, namun saya terus berupaya meyakinkan, dan mencoba membuat, alhamdulillah berhasil” tambah Desi yang juga mahasiswa IAI DDI Polman.

“Ada pun alasan menjadikan keladi sebagai bahan baku produk karena di Desa Kunyi tanaman ini tumbuh liar. Sementara di kampung sangat minim yang mau mengkonsumsi persoalan kebosanan saking banyaknya tumbuh, olehnya itu kami mengelolanya agar bernilai ekonomi untuk masyarakat, serta sumber usaha ekonomi pemuda” tambah Desi.

Melihat bukti produk kripik Upe, masyarakat pun termotivasi mempertahankan tanaman ini untuk tumbuh di lahannya dengan melihat sisi ekonomi. Desa Kunyi salah satu desa yang tekstur tanahnya subur. Beragam tanaman pun tumbuh asri hingga mata dimanjakan oleh kesejukan alamnya.

Melirik sistem yang digunakan membeli keladi dari petani kemudian dikelola oleh pemuda. Sementara penyedap rasanya sendiri dikelola oleh ibu-ibu Dasawisma di kampung tersebut. Mereka membelinya dari ibu-ibu. Ada pun bahan dasar penyedap rasa yang digunakan juga berbahan alami.

Menarik simbiosis mutualisme, saling menguntungkan dimana pemuda, petani serta ibu-ibu Dasawisma sama-sama merawat sinergitas hingga roh pemberdayaannya terasa.

Taksiran harga kripik Upe @Rp.3.000 ukuran 50g. Ada pun kendala saat ini terlihat pada kemasan dan juga akses pemasaran. Pasar on line menjadi salah satu ruang transaksi produk.

Renyah, kriuk dan beragam varian rasa memanjakan lidah, kripik Upe memiliki rasa tersendiri berbeda dengan kripik singkong.

“Produk ini juga sebelumnya pernah mengantarkan saya ke ajang pemuda inspiratif 2018, meraih 20 besar. Namun hal ini tidak membuat saya patah semangat sebesar peluang kujemput, hingga tak jenuh mempromosikan produk kripik Upe lewat media sosial, dan menyambangi warkop-warkop sebagai strategi pemasaran” tutup Desi.

Kekompakan pemuda di lembaga FPDK terlihat disamping menjalankan berbagai program literasi sebagai penguatan SDM, bakti sosial, kegiatan kerohanian, usaha kreatif pun menjadi bidang yang senantiasa dijalankan untuk menopang ekonomi lembaga.

“Yah, paling tidak usahanya bisa tetap berjalan dengan baik, semoga kedepannya bisa melibatkan lebih banyak orang lagi. Sampai sejauh ini pemuda masih mandiri mengelola kripik Upe, dengan alat yang sangat sederhana, “. Pungkas Chairul Ahmad selaku Ketua FPDK

Pemesanan Kripik Upe bisa lewat via WA : 081243793275