KISAH ini ditulis atau disadur dari film dokumenter produksi VOA yang syutingnya berlokasi di Delhi, India, 23 Februari 2022. Dokumenter berjudul Dreaming In Exile ini disutradarai dan diproduseri Priyanka Mukherjee dengan Editor Amar Gurung.
Rustam Khair Khwa seorang anak laki-laki berusia 18 tahun yang seperti kebanyakan remaja laki-laki memiliki cita-cita. Dia bercita-cita menjadi seorang atlet profesional. Olahraga pilihannya adalah sepak bola dan dedikasinya pada ‘The Beautiful Game’ hanya sebanding dengan kesetiaannya kepada keluarganya.
Namun bagi Rustam dan keluarganya hidup sebagai pengungsi di India, setelah melarikan diri dari Kabul, Afghanistan, setiap hari adalah sebuah tantangan. Dengan ibunya sebagai satu-satunya orang tua di rumah, dan empat anak yang harus diasuh dengan sedikit dukungan, Rustam harus mencari cara untuk menyeimbangkan membantu di rumah dan mengejar mimpinya.
Menurut Rustam Impian dan keinginannya adalah bermain sepak bola profesional, dan mendapatkan nama baik di permainan ini. “Sepak bola adalah hidup saya, saya bisa menghadapi tantangan apa pun dalam hidup saya, tetapi saya tidak bisa berhenti bermain sepak bola. Saya percaya dan saya yakin bahwa suatu hari saya akan mendapatkan dari itu. Insya Allah (Insya Allah),” ujar Rustam.
Nama lengkapnya Rustam Khair Khwa, dia dari Kabul, salah satu kota indah di Afghanistan. Dia berumur 18 tahun dan sudah 6 tahun tinggal di Delhi. Sudah 4 tahun datang untuk pelatihan di Stadion Tyagraj.
“Sejak usia sangat muda saya memiliki hasrat untuk sepak bola, meskipun orang tua saya menyukai seni bela diri seperti Taekwondo, Judo dan Muay Thai. Tapi saya selalu ingin bermain sepak bola. Saya dulu bermain sepak bola di Gymnasium dan lapangan sepak bola yang berbeda di Kabul dengan teman-teman saya, yang membuat saya lebih bersemangat tentang permainan dan menjadi pemain sepak bola yang lebih baik,” kenang Rustam.
Di keluarga Rustam di New Delhi memiliki 5 anggoata keluarga. Ibunya, dua saudara laki-laki dan adik perempuannya.
Farida Ibu Rustam menuturkan kisahnya bawah ketima mereka datang ke India, anak-anaknya masih sangat kecil, dan tidak memiliki informasi yang baik tentang sekolah negeri dan sekolah swasta. Ini sangat sulit dan dia khawatir tentang pendidikan dan masa depan mereka.
“Rustam adalah anak yang cerdas dan cerdas, sejak kecil. Impian terbesarnya adalah menjadi pemain sepak bola profesional yang baik. Dia mencintai sepak bola. Selain itu, ia sangat tertarik dengan studi dan pendidikannya. Dia suka membuat sketsa dan dia sangat berbakat dalam hal itu,” sebut Farida.
Menurutnya di Afganistan situasinya tidak baik, meskipun dari luar terlihat cukup baik, tetapi secara keseluruhan situasinya buruk.
“Setiap hari kami mendengar berita perang, pengeboman, penyiksaan, penculikan, pemerasan, bom bunuh diri, dll. Dan, saya sendirian dengan empat anak. Saya tidak bisa mengatur hal-hal hanya sendiri di Afghanistan, itu sebabnya saya harus meninggalkan negara itu untuk menyelamatkan anak-anak kehidupan mereka,” kenang Farida.
Farida juga menyebut bahwa di Afghanistan situasinya semakin buruk. Tidak mungkin bisa berkembang dalam olahraga. Bahkan jika berhasil tumbuh, beberapa orang tak dikenal akan datang kepada dan menawarkan sejumlah uang untuk bermain buruk dan kalah dalam permainan.
“Saya banyak berpikir tentang Rustam dan mimpinya. Saya ingin dia, dan semua anak saya, untuk memenuhi impian mereka dan mencapai tujuan mereka. Tetapi ketika saya melihat situasi keuangan kami… Saya meminta Rustam untuk mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarga. Saya tahu jika dia sibuk bekerja, dia tidak akan bisa meluangkan waktu untuk pelatihan dan kegiatan lainnya. Prinsip saya tidak akan mengizinkan saya untuk tidak jujur terhadap impian saya, tetapi di sini berbeda. Setiap orang mendapat kesempatan untuk mewujudkan impiannya,” harap Farida.
Menurut Shahid Akhatar, pelatih Rustam yang membimbing para pemain lain di lapangan menyebut Rustam sudah memiliki keterampilan dasar dalam sepak bola, jadi kami bekerja pada aspek taktisnya.
“Kekuatan terbesarnya adalah kecepatan dan kelincahannya. Saya sudah mulai mengirimnya untuk pertandingan lokal dan kami bekerja pada umpan balik yang kami terima dari pelatih klub lain untuk meningkatkan permainannya,” ungkap Shahid.
Rustam mengagumi Neymar, pemain sepak bola dari Brasil. “Dia membuat saya lebih bersemangat tentang sepak bola,” sebut Rustam.
Kakak dan adik Rustam juga bisa membuat sketsa dan melukis di rumah. Rustam menyerbut bahwa mereka adalah keluarga seniman, mereka melukis, membuat kaligrafi, menjahit dan menggambar.
“Saya berkontribusi dengan membantu ibu saya membersihkan rumah, membeli bahan makanan. Saya mencoba memajang lukisan saya di pameran dan mencoba menjualnya untuk mendapatkan penghasilan tambahan,” ujar Rustam.
Rustam memiliki kenangan indah dari Afghanistan. Saya ingat teman-teman saya, bermain bersama, pergi piknik ke stasiun bukit yang indah.
“Afghanistan seperti Ibu kita. Saya ingin kembali, tetapi saat ini situasinya sangat buruk. Jika saya kembali ke sana, memenuhi impian saya akan menjadi mimpi yang tidak akan pernah terpenuhi. Ketika itu damai, yang saya harapkan, maka saya akan berpikir untuk kembali,” harap Rustam. (WM)