Kisah Remaja Asal Tapalang yang Sakit Tujuh Tahun

Laporan : Busriadi Bustamin

TAPALANG,mandarnesia.com—Tak seperti seusianya. Nurul sapaan akrabnya, harus di pembaringan lantaran sakit yang ia derita. Sejak duduk di kelas IV SD atau tujuh tahun lalu, dirinya mulai mengalami gejala sakit kepala, mual, dan muntah-muntah.

Padahal, Nurul yang memiliki nama lengkap Nurul Aulia Basri kelahiran Paropo, 7 Juni 2005 merupakan salah satu anak yang kerap ranking kelas. Duduk dibangku kelas I SD, ia mulai memperolah peringkat pertama atas kegigihannya aktif belajar.

“Pokoknya itu, kalau bukan ranking satu pasti ranking dua. Tapi saat menginjak kelas empat, ya sudah mulai menurun peringkatnya karena mulai sakit,” kata Dahlia, ibunda Nurul di Kasambang, Kecamatan Tapalang, Jumat (24/9/2021).

Melihat kondisinya yang semakin hari semakin menunjukkan kelainan, tahun 2015 Nurul dibawah ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pertama, diperiksa di Samarinda, Kalimantan. Kemudian dilanjutkan di Rumah Sakit Mitra Manakarra Mamuju. Di Mitra, kata Dahlia, Nurul sempat tak sadarkan diri.

“Sempat mengalami koma dan penglihatannya mulai terganggu,” tuturnya.

Genap setahun, Nurul yang mengalami penyakit tumor pada bagian kepala anak kedua dari lima bersaudara ini, rutin mengkonsumsi obat-obat herbal. Sehingga rasa sakit bagian kepala sedikit demi sedikit mulai hilang.

Tak berselang lama, pihak keluarga kembali memutuskan untuk melakukan pemeriksaan. Kali ini di Rumah Sakit Umum Polewali Mandar. Namun saran pihak rumah sakit baiknya dirujuk ke Makassar.

“Jadi diperiksa lagi rumah Sakit Unhas. Hasil CT Scan, tadinya (tumor) di wilayah a pindah ke wilayah b. Saya kurang tahu posisnya apakah di posisi sebelah kanan atau kiri. Saya juga mulai lupa.”

Waktu terus berjalan. Kondisi kesehatan Nurul berparas putih nan cantik itu, semakin hari semakin menurun. Penglihatan dan pendengarannya mulai tak berfungsi secara normal. Bahkan, ketika ada pesan yang ingin disampaikan tangan Nurul-lah yang menjadi penentu. Karena ketika huruf atau angka yang dituliskan ke telapak tangan Nurul dan dimengeri oleh Nurul, maka ia akan memberikan respon walaupun harus berbicara dengan terbata-bata.

Itu juga yang terlihat, saat dokter dari Rumah Sakit Bhayangkara Mamuju tiba di kediaman Nurul, Kasambang, Kecamatan Tapalang Kabupaten Mamuju, Jumat sore. Ketika ingin diperiksa ia harus tahu siapa yang ingin menyentuhnya dan apa maksudnya. Sehingga ibunda Nurul langsung menuliskan huruf demi huruf ke telapak tangan kiri Nurul.

Kedatangan pihak Rumah Sakit Bhayangkara Mamuju ke rumah Nurul, setelah pihak rumah sakit mendapat perintah langsung dari Kapolda Sulbar Sulbar Irjen Pol Eko Budi Sampurno.

“Dari perintah Kapolda melalui Kabid Dokkes kami disuruh terjun melihat pasien ini bagaimana kondisinya secara keseluruhan. Mengenai biaya (Selama perawatan, pemeriksaan dan konsultasi) ditanggung oleh Polda Sulbar,” tutur Iptu dr. Riswadi Talib Wakil Kepala Rumah Sakit (Wakarumkit) Bhayangkara Mamuju.

Sesuai hasil pemeriksaan yang dilakukan tensi Nurul dalam tahap normal. Sementara pada bagian mata menunjukkan ada sedikit masalah. Karena biasanya, kata dr. Riswadi, ketika mata di pancarkan sebuah cahaya ada refleksi.

“Tapi ketika di senter mata Nurul memang tidak ada (refleks). Jadi untuk penanganan lebih lanjut kami rencanakan pemeriksaan CT Scan supaya bisa kita tahu ukuran tumornya di dalam tengkorak. Kami ada ST Scan di Rumah Sakit Bhayangkara,” katanya.

Setelah dilakukan pemeriksaan CT Scan, pihak Rumah Sakit akan melakukan konsultasi ke dokter spesialis dan pihak keluarga Nurul. Apakah keluarga Nurul setuju dilakukan tindakan selanjutnya ataukah tidak.

“Nanti kita lihat hasilnya besok,” jelasnya.

Saat sakit, Nurul tinggal bersama bapaknya di Paropo, Tinambung. Setibanya Ibunda dari Kalimantan, barulah Nurul kembali dijemput pihak keluarga untuk dibawa ke Kasambang. Sekitar tiga pekan Nurul tinggal di rumah pamannya. Dirawat seorang Ibu, tante dan pamannya. Ketika ingin makan, salat, buang air, dan sebagainya Nurul harus dibantu.

“Kalau tiba waktu salat, kita bantu untuk wudhu. Kemudian salat sendiri dengan cara baring. Kami sangat berharap Nurul bisa sembuh dari penyakitnya. Sehingga bisa beraktivitas layaknya teman-teman seusianya,” harap Dahlia.

Bakda Isya dengan persetujuan pihak keluarga, Nurul dibawa ke RS. Bhayangkara Mamuju menggunakan mobil ambulanca mlik RS. Bhayangkara untuk dilakukan pemeriksaan CT Scan. Ditemani ibunda Nurul serta tantenya.

Kabidokkes Polda Sulbar Kombes Pol dr. Asmarahadi menuturkan, Sabtu 25 September 2021, pihak RS Bhayangkara Mamuju telah melakukan CT Scan terhadap Nurul Aulia Basri.

“Tadi kita sudah lakukan CT Scan di bagian kepala. Kita dapatkan tumor di bagian otak kecil yang mendesak ke arah bola mata dan mendesak ke otak besar. Dari hasil itu, sudah kita konsulkan ke dokter sepesialis bedah syaraf dan mata. Saat ini masih dipelajari oleh dokter spesialis tersebut dan sementara menunggu hasil/komentarnya seperti apa,” katanya.

Bila memungkinkan operasi bisa membantu, efeknya seperti apa akan disampaikan ke pihak keluarga. Karena sementara pihak keluarga masih menolak untuk dioperasi
“Tapi kita masih mencoba edukasi pihak keluarga,” ucapnya.

Jika nantinya pihak keluarga menyetujui untuk operasi, maka operasinya akan dilakukan/
rujuk ke RS di Makassar yang lebih memadai fasilitas kesehatannya.

Katanya, selama perawatan, pemeriksaan dan konsultasi di RS Bhayangkara Mamuju tidak dipungut biaya (gratis).