Kampung Mandar di Lombok Sangat Butuh Bantuan

Kampung Mandar di Lombok Sangat Butuh Bantuan -

Mandarnesia.com — Sekitar 130 Kepala Keluarga (KK) di Kampuang Maroa, Desa Labuang, Kecamatan Sambelia Lombok Timur juga mengalami dampak akibat gempa 7 magnitude pada Sabtu malam lalu. Kampung yang dihuni warga dari Mandar tersebut dikabarkan rata dengan tanah.

Foto: Ikuti berita-berita mandarnesia.com.

Mereka kini kehilangan tempat tinggal. Perantau yang didominasi dari daerah Balanipa, Tinambung, Pambusuang, Majene, dan Mamuju terpaksa mendirikan tenda-tenda seadanya di sekitar reruntuhan rumah.

Menurut cerita Rahmat Yakin (42) warga Lembang-lembang, Kecamatan Tinambung, yang biasa mengunjungi saudara dan orangtuanya di sana, untuk sementara saudara-saudara Mandar yang ada di sana mendirikan tenda-tenda dengan cara bergotong royong.

Foto: Kondisi rumah warga setelah gempa Sabtu Malam di Kampung Maroa.

Keluarganya yang bekerja mencari mutiara dan menjadi buruh di perusahaan asing sudah bertahun-tahun mendiami tempat tersebut.

“Alhamdulillah sampai detik ini tidak ada korban jiwa meskipun ada yang luka-luka. Gempa pertama di Lombok Utara yang parah, di Lombok Timur sudah disampaikan oleh pemerintah di sana untuk tidak tinggal di dalam rumah. Jadi mereka tinggal di luar rumah dan pada saat gempa mereka tidak lagi berada di dalam rumah,” kata Rahmat kepada mandarnesia.com melalui sambungan telepon, Kamis (23/8/2018) malam.

Foto: Warga menginap di tenda-tenda darurat yang dibangun di sekitar rumah.

Ia pun berencana untuk mengunjungi keluarganya. Namun hasrat itu masih terganjal rasa yang tidak nyaman jika sampai di sana tanpa membawa sedikit bantuan karena mereka sangat butuh bantuan.

“Orang pendatang kurang mendapat perhatian pemerintah setempat. Kan namanya pendatang, walaupun mereka sudah lama di sana tetap mereka pendatang bukan asli Lombok. Meskipun sebagian sudah ada yang menikah dengan orang Lombok,” jelasnya.

Ia pun menaru harapan besar kepada pemerintah, memberikan bantuan berupa logistik, termasuk makanan, tenda, dan obat-obatan. Kalau hujan tidak kehujanan kalau panas tidak kepanasan.

“Belum ada bantuan dari pemerintah provinsi, atau Pemerintah Kabupaten Majene. Makanya saya sampaikan di media sosial,” tutupnya.

Reporter: Sudirman Syarif