Oleh: Sudirman Syarif
TIBA di kediamannya, saya disambut baliho berukuran satu setengah kali tiga meter di depan rumahnya di Desa Botteng, Kecamatan Simboro, Mamuju, Senin (27/1) pagi.
Baliho itu terpancang di pinggir jalan Trans Sulawesi, menyapa setiap pengendara yang melintas. Ada pesan doa dan keinginan dukungan masyarakat Sulbar yang disampaikannya. Berjuang di kontes Liga Dangdut Indonesia (Lida) 2020.
Dari balik kosen tanpa daun jendela, saya mendengar diskusi kecil dalam ruangan bagian dalam. Sepertinya kerabat Andari sedang berdiskusi usai menyaksikan Andari tampil di panggung Indosiar, Ahad (26/1) malam.
Cerita di Lapangan Botteng, tempat dilaksanakannya nonton bareng bersama masayarakat di sana, berlanjut hingga pagi menjelang siang di rumah, mereka duduk lesehan sambil menyeruput kopi yang hampir habis.
Kedatangan saya memecah diskusi pagi itu. Ucapan salam ketika berdiri di depan pintu papan yang terlihat lapuk, dijawab kakak perempuan Andari, Nely. “Wa alaikumusalam, silahkan masuk!”
Orang tua, saudara dan kerabat Andari satu demi satu keluar lewat pintu yang hanya berpenutup gorden lusuh. Kursi-kursi pelastik disusun rapi, seperti murid yang akan mendengar pelajaran dari guru di sekolah.
Saya duduk paling atas, di sisi sebelah kanan ada saudara Andari, Udin yang mengalami keterbatasan fisik, ia menunduk hening, rambut ikal membela keningnya dan menutup kedua telinga.
Tak jauh dari tempat duduknya, perempuan rentan itu bersandar pada diding bata yang tak terplester, Koko ibu Andari mensedekapkan kedua tangannya dan menatap senyum ramah ke padaku.
Ia memulai obrolan dengan permohonan maaf, Andari lupa menyebut nama Bupati Mamuju saat tampil di panggung Indosiar. “Kami minta maaf, karena Andari itu grogi,” kata Koko kepada Nely dengan bahasa ibu Andari. Teman Andari yang datang belakangan, kemudian memperlihatkan potongan percakapan di Whatsapp grup permohonan maaf Andari.
“Sebelum berangkat ke Jakarta. Kami dapat bantuan Rp10 juta dari Pemerintah Kabupaten Mamuju, saat Andari tampil bernyanyi di Lapangan Bahagia, Kecamatan Tappalang, Mamuju,” kata Koko melempar senyum dan menatap anak-anaknya yang membantunya berkomunikasi.
Andari mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Mamuju, setelah Bupati Mamuju Habsi Wahid menginisiasi sumbangan yang digilir ke beberapa kepala OPD dengan Kardus, malam itu dalam Safari Sehari Berbakti untuk Rakyat (Sahabat Rakyat) di Lapangan Bahagia Tappalang, yang juga dihadiri Wakil Bupati Mamuju Irwan SP Pababari.
Sejak kecil kebolehan Andari dalam dunia tarik suara sudah nampak. Usia 5 tahun, ia beberapa kali menjuarai lomba nyanyi tingkat kecamatan di daerahnya
Di balik presentasinya, ibunya Koko, telah lama menjanda sejak bapak Andari menghadap sang Ilahi. Hanya Andari, adik, ibu dan Udin yang masih tinggal serumah. Sementara kakak-kakanya, ikut suami yang telah memiliki tempat tinggal masing-masing.
Peran ayah, menjadi lakon ganda Andari sambil bersekolah. Menjadi pemimpin untuk ibu dan saudaranya. Panggung ke panggung, Andari beryanyi, mencari rupiah sekaligus mengasah bakat vokalnya secara otodidak.
“Dia juga jadi kepala keluarga kasihan di rumah,” kata Nely. Ibunya memang sudah rentan dan tak mungkin memiliki banyak tenaga untuk mencari nafkah.
Sebelum berangkat, bantuan dari beberapa Pemerintah Desa juga diterima Andari, sebagai uang saku tambahan ke Jakarta.
Pelajar yang lahir dan besar di keluarga kurang mampu itu, sedang berjuang di ibu kota untuk cita-cita. “Kami minta, mohon masyarakat Mamuju dan Sulbar untuk mendukung Andari,” tutupnya Koko.
Foto: Tangkap Layar Youtube