Ini Tema The 12th Borobudur Writers and Cultural Festival 2023

Terbakarnya bagian belakang Museum Nasional beberapa waktu lalu sedikit memancing diskusi mengenai kesiapan Indonesia menerima dan memelihara pengembalian artefak-artefak tersebut. Ada banyak artefak yang belum dikembalikan seperti arca Bhairawa Singosari di Leiden dan juga tengkorak kepala Pithecan Trophus Erectus temuan arkeolog Eugene Dubois yang kini disimpan di Musum Naturel Belanda, serta prasasti Pucangan dari zaman Erlangga yang kini dikoleksi Museum Kalkuta India, dan Prasasti Minto di Skotlandia. Semua itu akan didiskusikan di BWCF

Melengkapi acara inti merayakan pemikiran Edi Sedyawati, sebagaimana kegiatan BWCF selama 11 tahun ini maka akan diadakan acara-acara pendamping dari mulai ceramah-ceramah arkeologi dan seni, pemutaran film yang berkaitan dengan arkeologi, tari sampai pertunjukan seni dan sastra. Kami merencanakan akan menampilkan pre-opening di tanggal 23 November 2023 pada siang hari di Gedung Heritage KPPN Malang berupa pemutaran film terbaru sutradara terkenal Nia Dinata berjudul Unearthing Muara Jambi.

Film ini akan menyajikan subyek situs arkeologi Buddhis terbesar Muara Jambi. Sementara pada Opening yang akan berlangsung, pada tanggal 23 November 2023 pukul 7 malam di Universitas Negri Malang akan ditampikan acara inti: Pidato Kebudayaan Prof. Dr. Arlo Griffiths mengenai Prasasti Minto yang sekarang ada di Skotlandia.

Di festival ini akan menghadirkan bazar buku dari puluhan penerbit yang menampilkan buku-buku sejarah, Buddha-Hindu dan humaniora. Kami juga akan mendiskusikan buku-buku arkeologi terbaru, menyajikan progam meditasi, mengundang para novelis seperti Leila S. Chudori, mengundang puluhan penyair muda, mengadakan malam pertunjukan tari kontemporer yang berbasis tradisi, pemutaran film tari, workshop tari, dan pertunjukan musik.
Pada pertunjukan tari, kami akan menghadirkan pertunjukan tari Kecak Teges yang dibawakan oleh I Ketut Rina bersama puluhan warga Desa Teges , Peliatan Ubud, Gianyar, Bali. Cak Rina awalnya diciptakan oleh Sardono W. Kusumo. Pada tahun 1971, ia mengajak para petani Desa Teges Bali untuk membuat sebuah Cak eksprimental yang format koreografinya tidak seperti cak baku yang dibuat oleh Walter Spies. Saat ini, Ketut Rina masih anak-anak. Dan ia anggota terkecil. Sekarang Kecak Teges ini dilanjutkan oleh Ketut Rina.

Pada malam sastra, BWCF akan menyajikan pembacaan sajak oleh Sutardji Calzoum Bachri, penyair legendaris yang kini usianya 80-an. Sutardji akan didampingi oleh Afrizal Malna, Jose Rizal Manoa, dan penyair Malang bernama Tengsoe Tjahyono. Sebagai penutup seluruh rangkaian mata acara pada tanggal 27 November 2023, pada sore hari akan ditampilkan Pidato Kebudayaan penutupan dari Prof. Dr. Cecep Eka Permana yang akan mambawakan pidato berjudul Membaca Ulang Seni Indonesia Purba: Gambar Cadas di Goa-Goa Maros Sulawesi dan Sangkulirang Kalimantan. Pada malam harinya, disajikan pertunjukan musik oleh kelompok Lordjhu dan Nova Ruth. Kedua komunitas band tersebut merupakan band pop eksprimental yang sangat mengolah unsur-unsur tradisi.
Seluruh acara akan dilaksanakan selama 5 hari di kampus Universitas Negri Malang. Mengapa lokasi BWCF tahun ini dilaksanakan di Malang. Pertama, mengingat disertasi Bu Edi Sedyawati berkenaan dengan arca-arca Ganesha yang ditemukan dari sekitar Malang, Kediri, dan Singosari. Kedua, dengan diadakannya BWCF 2023 di Malang, tribute dan penghormatan terhadap almarhum Prof. Dr. Edi Sedyawati menjadi sangat kontekstual,” Seno Joko Suyono narahubung even ini. (rilis/*)