Siang tadi, penulis bersama warga dusun Sire jumatan di masjid darurat yang di bangun tak jauh dari pantai. Masjid mereka yang permanen tak lagi dapat menampung kekhawatiran warga di sana. Hingga saat ini mereka diliputi trauma. Tapi warga tetap khusuk dalam rapal doa usai shalat. Khotbahnya terasa berbeda sebab disampaikan utuh dalam bahasa Arab.
Jam 16.00 kemudian penulis telah berada di bandara Lombok, sekitar jam 17.00 Wita, kawasan di Lombok Utara kembali diguncang 4 SR. Saat pembukaan Konsolnas Parmas Rabu malam sebelumnya, gempa ringan juga menyertai.
Segaris pesan Tuan Guru Haji Faizir melembutkan kegetiran dalam memindai renungan pascagempa di sana. Manusia akan terus menerima cobaan untuk menguji kesabaran dan ketaatannya sebagai hamba. Kiai ini selain amat retorik dalam dialeknya yang khas, juga piawai memuai perasaan saat mendengar nasihatnya.