“Ini telah kiamat pikir saya, saya di Meulaboh melihat kerusakan seperti itu. Dan, mengira Banda Aceh tidak akan seperti itu, namun nyatanya jauh lebih parah.” Kenang Akmal usai kami bersama peserta Konsolidasi Parmas KPU RI lainnya, datang dari Dusun Lekok bertemu ratusan ibu-ibu dan anak-anak korban gempa Lombok Utara.
Tsunami Aceh terjadi tahun 2004, penulis datang ke sana saat Kongres PWI 2010. Saat itu proyek rekonstruksi telah hampir selesai, “Lembong Tallu” itu mengubah wajah rupa bumi Aceh cukup signifikan. Mitigasi bencana bagi warganya pun mulai makin bagus. Namun korban jiwa yang berjumlah ratusan ribu tetaplah sebuah mozaik dari tragedi kemanusian paling memilukan.
Sementara gempa di Lombok terjadi Agustus 2018 lalu. Sejak memasuki Lombok Utara, Jumat, 2 November pagi, kehancuran rumah penduduk yang telah benar-benar rata dengan tanah mengapungkan kesedihan. Meski warganya mulai kembali bangkit, sebagaimana pasar dan toko-toko bergeliat. Penulis melihat guratan yang sama di Palu, Donggala dan Sigi yang bulan lalu juga dihempaskan lindu.