Apakah saat itu belum ada sarana dan prasarana pendidikan yang memadai? Bahkan sebelum lahirnya Andi Depu, Pemerintah Hindia Belanda telah mencanangkan Politik Etis pada tahun 1901. Di seluruh afdeeling dibangun sekolah-sekolah sebagai bagian dari program Pemerintah Hindia Belanda. Pada wilayah-wilayah yang lebih kecil, dibangun sekolah-sekolah rakyat yang lama belajarnya 3 tahun. Kedua orang tua Andi Depu menyekolahkan anaknya pada sekolah Volkschool.
Pendidikan Sekolah Dasar yang ditempuh oleh Andi Depu, bukanlah sesuatu yang umum ketika itu, terlebih Andi Depu adalah seorang perempuan dan anak Arajang Balanipa. Pada waktu itu, tidaklah lazim seorang anak perempuan masuk sekolah, hanya Iaki-Iakilah yang Iebih diprioritaskan. Bahkan, pada beberapa kerajaan, banyak raja yang menolak untuk menyekolahkan anaknya, karena khawatir anaknya kelak akan menjadi kafir, satu kata yang sangat ditakuti oleh masyarakat ketika itu. Kesempatan mendapatkan pendidikan kebanyakan direspon positif oleh bangsawan lokal dan pemuka-pemuka masyarakat yang ada di kampung-kampung.
Dunia pendidikan yang dijalani sejak berusia 7 tahun sampai I0 tahun itu, merupakan masa penting bagi Andi Depu dalam bersosialisasi. Andi Depu mulai bersentuhan dengan teman-teman sekelas dan sebayanya. Ia mulai mengenal dengan dunia luar yang tentu sangat berbeda dengan dunia istana. Apapun yang melingkupi perjalanan sejarah Andi Depu, harus menjadi spirit bagi generasi bahwa sebesar apapun kita di kampus-kampus, jangan sampai mel;upakan kampung. Andi Depu telah membuktikan bahwa kampus tidak selalu menjadi syarat mutlak untuk menggaungkan perubahan. Kampus dan Kampung harus menjadi prioritas bagi semua kalangan masyarakat, terutama dari kaum akademisi.
Andi Depu yang merupakan anak perempuan satu-satunya dari pihak Samaturu itu telah mampu membuka mata kita semua. Ia jadi Panglima Lasykar Krismuda Mandar yang banyak mengalami perlakuan yang tak mengenakkan dari penjajah Belanda. Ia dengan gigih melacak informasi tentang situasi bangsa Indonesia di tahun-tahun terakhir setelah Jepang angkat kaki dari bumi nusantara. Peristiwa Proklamasi tahun 1945 merupakan informasi yang masih dianggap seremonial belaka, tapi bagi Andi Depu adalah sebuah peluang untuk memberikan kesadaran kolektif bagi masyarakat tentang arti penting sebuah kemerdekaan. Ia terus mensosialisasikannya Proklamasi Kemerdekaan itu ke semua elemen masyarakat Sulsel, termasuk di Mandar.