Kilas Balik Sejarah Perlawanan Rakyat (Bagian 3)
Kilas balik sejarah ini Penulis mulai pada tahun 1880, bukan pada tahun 1674, dimana pada era Tomatindo di Langgana kembali naik tahta pasca terbunuhnya I Ma’ga Daeng Rioso’. Sejak saat itu, Belanda (VOC) memang sudah leluasa keluar masuk di daerah Mandar. Pertimbangan ini Penulis ambil sebab pada tahun 1880 inilah kerapuhan sistem politik di Kerajaan Balanipa sampai pada titik nadir. Belanda telah berhasil mencengkram dan menguasai para pembesar-pembesar kerajaan. Politik dagang Belanda mulai tertata rapi dengan membangun kontrak dengan pihak kerajaan. Kondisi inilah yang membuat parade perlawanan rakyat cenderung meningkat. Termasuk dalam gal ini perlawanan I Calo Ammana Wewang dan pasukannya.
Dari 1880, kita membincang berbagai peristiwa yang terjadi mulai 1900-an terutama tahun 1905, dimana Belanda telah berhasil melakukan penataan wilayah Mandar. Penataan ini dilakukan sesungguhnya bukan atas dasar pertimbangan keamanan, akan tetapi faktor ekonomi. Hal tersebut bisa dengan mudah kita temukan pada keputusan-keputusan pemerintah Kolonial Belanda terkait desentralisasi wilayah (besluit). Pada kasus Sulawesi (celebes), Belanda menerapkan aturan yang menyatakan untuk memudahkan menarik pajak dari daerah bawahan maka desentralisasi diperlukan (besluit). Kondisi ini, membuat pemerintah kolonial mengatur wilayah-wilayah ini secara langsung. Hal tersebut semakin nyata ketika proses penandatanganan Korte Verklaring oleh beberapa kerajaan-kerajaan di Sulawesi dan tentu saja Mandar ditandatangani oleh Mara’dia (Raja) ke-43 pada tanggal 2 Agustus 1906 (Kontrak Balanipa).
Pasca Penandatanganan kontrak ini, perlawanan I Calo Ammana I Wewang semakin frontal dan membuat Belanda ketar ketir. Penyerangan Tangsi Militer Belanda 1906 menjadi ukuran begitu dahsyatnya perlawanan ini. Beduk tanda masuk waktu subuh yang digunakan sebagai kode untuk menyerang cukup menandai bahwa perjuangan rakyat ini kerap mengharapkan pertolongan Allah SWT. Spirit ini menjadi penguatan terhadap pasukan Ammana Wewang dalam menggerakkan dan menyuarakan perlawanan. Keberhasilan Pasukan Ammana Wewang dalam penyerangan Tangsi Militer Belanda di Majene ini membuat Belanda semakin memperkuat barisannya untuk menyerang kembali wilayah Ibukota Afdeling Majene yang sempat dikuasai oleh Pasukan Ammana Wewang selama kurang lebih tiga bulan.