Malang tak dapat ditolak, untuk tak dapat diraih. Beberapa orang pribumi ada yang gelap mata sehingga melupakan jatidirinya sebagai orang Mandar dan mengubah takdir Ammana Wewang hrus dibekuk dlam kondisi tertidur yang kemudian di asingkan ke Belitung. Perlu difahami, bahwa perlawanan Ammana Wewang sesungguhnya tidak dalam rangka menjatuhkan I Mandawari yang terkesan tidak lagi berada di pihak rakyat Mandar. Motif perlawanan itu sesungguhnya lebih kepada kebijakan penarikan pajak yang cukup besar saat itu.
Secara politik, Mandar ataupun kerajaan-kerajaan di Mandar setelah perjanjian pendek pada tahun 1906 berada dibawah pemerintahan Goovernement Celebes. Tetapi pada tahun ini Afdeling Mandar belum terbentuk. Statusnya masih sebagai negara aliansi (Regering Almanak 1905, hal. 133). Status sebagai negara aliansi ini tidak hanya disandang oleh Mandar, tetapi juga Gowa, Barru, Laikang, Soppeng, dan Ajatappareng, dimana saat itu wilayah-wilayah yang telah diatur dan dibentuk sebagai wilayah Afdeling adalah Afdeling Maros, Bantaeng, Sinjai, Takalar, Selayar, Donggala, Bima, dan Tontoli. Wilayah-wilayah Afdeling tersebut telah ditetapkan berdasarkan surat keputusan pemerintah pada tahun 1883 (Arsip Nasional, Statblaad Van Nedelandsch-Indie, 1883, No. 138).
Pada fase ini, Mandar belum menjadi wilayah yang diatur oleh Pemerintah Kolonial Belanda secara administratif pada kurun waktu tersebut karena Belanda belum bisa menanamkan kekuasaannya di Mandar. Berbeda dengan wilayah-wilayah lain yang telah disebutkan diatas. Pada menjelang akhir abad-19 sampai abad-20, di Mandar masih terjadi perlawanan terhadap Belanda. Selain perlawanan, konflik antara Mandar dengan Mandar memicu terjadinya kontestasi politik. Mandawari dengan kepentingannya, Tokape dan Ammana I Wewang yang mengusir Pemerintah Kolonial Belanda dari tanahnya. Ini bisa dilihat dari dalam kurun waktu 1870-1905 yang sekaligus menjadi titik awal kejatuhan Kerajaan Balanipa dalam hal ini yang mewakili Mandar.